Sadar Dirinya Tersesat Berarti Ada Kesadaran Dalam Dirinya Sehingga Ia Tidak Akan Menganjurkan Orang Lain Membabibuta Mengikutinya

Saya tidak mengatakan untuk mengikuti seseorang yang tersesat, tetapi mengikuti seseorang yang mengatakan diri sedang tersesat. Dia menyatakan dirinya sedang tersesat dapat dipastikan berupaya keras untuk menggali kebenaran. Sedangkan mereka yang mengatakan dirinya tidak tersesat atau berada di jalur kebenaran, sesungguhnya ia tidak sadar bahwa dirinya sedang tersesat berat. Mengapa?

Ia yang mengatakan dirinya tersesat akan menyaran orang tidak mengikutinya, tetapi bagi pemahaman saya, justru orang yang sedang tersesat terus menggali kebenaran. Mereka yang mengatakan dirinya berada di jalur kebenaran tidak sadar bahwa dirinya dalam kesesatan. Aneh memang, ketika menyatakan dirinya tersesat dalam keadaan sadar.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Untuk mengatakan dirinya tersesat sangat menyadari bahwa ia tahu yang dimaksudkan kebenaran sejati. Dengan cara memberikan saran pada orang yang percaya pada dirinya, ia akan menyampaikan bagaimana memahami jalur yang benar sebagaimana pengalamannya. Dapat dipastikan orang seperti ini telah melakukan pengujian terlebih dahulu terhadap yang dikatakannya. Bila ia telah merasakan manfaatnya, baru ia berbicara.

Yang saya maksudkan kebenaran hakiki adalah kebenaran yang bisa memberikan manfaat bagi sesama makhluk hidup, termasuk lingkungan. Janganlah anggap bahwa ada benda mati, bukankah dalam setiap atom ada elektron dan proton yang senantiasa berputar?

Tiada satu pun benda mati. Mungkin ada yang mengatakan batu atau pasir. Tetapi mari kita perhatikan bagaimana batu bisa menjadi lapuk oleh perubahan alam. Piada satu orang pun bisa membedakan antara atom batu dan manusia. Bahkan ada kepercayaan bahwa sampai sekarang pun yang disebut atom hanyalah asumsi. Paling yang dikenal sebatas sel. Sedangkan sel sendiri selalu berganti pada tubuh kita setiap 5 – 7 tahun.

Kembali pada topik semula……

Ia yang merasa di jalan benar tidak akan berupaya untuk menggali lebih dalam lagi tentang kebenaran hakiki. Ia hanya berdiri pada permukaan atau kulit. Ia terlena atau mabuk  akan pujian dari orang sekitar. Bahkan yang menyedihkan, ia hanya meliihat kebenaran dari sudut pandang sendiri. Sedangkan kebenaran itu sendiri senantiasa berubah dari waktu ke waktu.

Misalnya saja, kebenaran mengetik dengan mesin ketik jaman dulu benar saat itu, tetapi bila kita gunakan saat ini sudah tidak tepat lagi, karena ada alat yang lebih canggih, komputer. Mungkin ada yang membantah, “Apa yang dimaksudkan kebenaran hakiki?”

sadar dirinya tersesat akan terus menggali kebenaran diri

Menggali Kebenaran Diri

Kebenaran hakiki adalah kebenaran yang tidak berubah sepanjang jaman. Tidak lekang oleh waktu. Misalnya kebenaran yang menyatakan bahwa segala perbuatan kita mesti selaras dengan alam. Atau ‘Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan’. Yang saya maksudkan orang lain bukan hanya orang seperti kita, namun sesama makhluk hidup, termasuk lingkungan. Coba saja rusak lingkungan, bukan hanya orang lain yang rugi, kita sendiri pun bisa repot. Inilah yang dimaksudkan hidup selaras dengan alam.

Ia yang sadar bahwa dirinya sedang dalam kesesatan tidak akan menyalahkan orang lain. Karena ia sangat sadar. Inilah celakanya. Saat menyatakan diri kita benar, kita dalam keadaan tidak sadar. Mereka yang merasa diri benar belum pernah di jalan yang tidak benar. Sebaliknya, ia yang menyatakan diri sedang tersesat pernah memahami makna kesesatan tersebut.

Ia yang mengaku dirinya tersesat senantiasa berhati-hati dan waspada sehingga tidak mau mengajak orang lain mengikuti jalan yang ditempuhnya. Ia akan memberikan saran berdasarkan pengalaman sendiri. Tidak akan memaksakan bahwa jalan yang ditempuhnya benar. Ia akan membuka pintu dialog, bahkan ia akan mempersilakan agar mereka melakukan pengujian terlebuh dahulu.

Sangat berbeda dengan orang yang mengatakan bahwa ia benar. Orang seperti ini biasanya tidak akan membuka pintu dialog dua arah. Karena ia merasa paling benar sehingga sering-sering memaksakan kebenarannya sendiri agar diikuti.

Yang saya tuliskan semata berdasarkan pengalaman hidup saya, janganlah langsung percaya yang saya tuliskan, silakan baca dan lakukan pengujian sendiri. Bila bermanfaat, silakan ikuti pengalaman sendiri.