Itulah jawaban si kecil ketika ia ketahuan mengambil kue di toples.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Suatu ketika, seorang ibu memergoki anaknya yang masih usia dini mengambil kue dalam toples yang diletakkan diatas meja makan. Sang ibu sudah mewanti-wanti sebelumnya bahwa anak tersebut tidak diperbolehkan mengambil kue dalam toples yang diperuntukkan bagi tamu. Namun dasar seorang anak, tetap saja keinginan untuk mencicipi kue tersebut tidak dapat dicegah, dan ia pun secara diam-diam mengambilnya.
Ketika sang ibu memergoki, ia tidak memarahinya. Ia bertanya: ‘Nak, tahukan kamu bahwa Tuhan mengetahui perbuatanmu mengambil kue dalam toples?’
Dengan polos, si anak menjawab: ‘ Iya bu, Tuhan tahu aku mengambil kue tersebut ‘
‘Lantas, apa kata Tuhan?’, kata sang ibu.
Sang anak pun menjawab tanpa merasa berdosa: ‘Tuhan bilang bahwa aku disuruh ambil satu dan untuk Tuhan satu agar adil’. Sang ibu pun terdiam.
Inilah jika pintarnya pikiran. Pikiran selalu saja mencari peluang untuk mencari pembenaran. Kita pun seringkali mengalami hal demikian. Banyak alasan kita kemukakan untuk mencari pembenaran atas perbuatan kita yang jelas-jelas merugikan orang lain.
Banyak perbuatan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat publik dengan berbagai alsan pembenaran. kasus tindak korupsi di kementrian agama tentang pengadaan kitab suci dilakukan oleh manusia yang mengatakan dirinya beraagama. Ia bisa saja berdalih bahwa sekian persen perolehan dari mark up pengadaan Alquran disumbangkan ke panti asuhan dan ke masjid.
Petinggi partai berkedok agama pun melakukan hal yang sama. Pikirannya membuat alasan seakan untuk menyelamatkan keuangan partai yang menyebarkan dakwah. Ia lupa bahwa sekali tercoreng, sangat sulit untuk mengembalikan nama baik. Ibarat panas setahun dihapuskan hujan sehari.
Pikiran kita adalah setan yang selama ini kita anggap di luar diri kita. Dalam kelemahan kita, selalu saja mencari kambing hitam agar kita dianggap selalu benar. Kemudian kita cari sosok setan sebagai sasaran untuk pembenaran perilaku kita yang merugikan negara atau orang lain.
Kita lupa bahwa pikiran sangat licik.
Dalam proses pembelajaranpun, pikiran selalu menentang. Banyak orang berpendapat bahwa belajar hanya mengumpulkan informasi dan pengetahuan, namun ia lupa tujuan sejati belajar.
Learning is not the same as accumulating knowledge or information. Learning is the art
of bringing up your hidden potentials. Learning is education in its truest sense.
It is bringing up the best within you.
( The Kaligis Success Factor by Anand Krishna, www.booksindonesia.com)
Kita lupa bahwa seseorang yang telah belajar d suatu universitas menganggap bahwa proses belajar telah usai. Seringkali kita lupa asal arti kata universitas. Kata universitas terkait erat dengan ‘universe’. Alam semesta. Bukankah dalam salah satu ayat dalam kitab suci menyebutkan bahwa ‘Ayat Allah bertebaran di muka bumi’?
Alam semesta adalah lapangan untuk selalu belajar agar dapat menmukan potensi dalam diri. Keberhasilan materi yang berlimpah tidak mebuktikan apapun dari kesuksesan.
The true success is not only material, but also mental, emotional, intellectual and spiritual.
( The Kaligis Success Factor by Anand Krishna, www.booksindonesia.com)
Kita bisa mendapatkan insipirasi dari kesuksesan materi yang dicapai oleh Bill Gates. Namun kesuksesan materi yang diperolehnya sebagian besar disumbangkan untuk kepentingan masyarakat banyak. Jacky Chen pun melakukan hal yang sama. Napoleon Hills menyumbangkan sebagaian besar hartanya untuk mesyarakat banyak. Inilah contoh Total Sukses. Sukses materi sekaligus sukses secara spiritual.
Mereka yang bisa mengapai Total Sukses telah menemukan potensi berharga dalam dirinya. Harta yang diperoleh tidak sekedar disumbangkan sedikit persen Tetapi mereka menyadari bahwa kebutuhan hidup mereka tidak memerlukan sebanyak harta yang mereka miliki. Banyak orang lain yang lebih membutuhkan harta mereka.
Dengan kata lain bahwa seseorang yang menggapai sukses spiritual memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Mereka sangat menyadari pesan Mahatma Gandhi:
” Bumi ini bisa memenuhi kebutuhan setiap orang. Tetapi tidak akan bisa memenuhi KEINGINAN satu orang pun”
Belajar untuk memahami potensi dalam diri kita adalah proses seumur hidup. Potensi diri kita adalah mahluk Ilahi yang semestinya kembali dengan kemurnian ke Sang Sumber Agung. Kita belajar di bumi untuk menemukan potensi keilahian dalam diri… Bukan semakin terikat pada kebendaan…