Tanpa disadari kita menderita karena hidup di alam mimpi. Inilah alam mimpi:
Suatu ketika saya mendapatkan uang 10 juta. 2 hari kemudian hilang 1 juta. 3 hari kemudian hilang lagi 4 juta. Hari ke enam kita mengeluh bahwa kita kehilangan uang 5 juta. Kita hidup di alam mimpi. Alam beberapa hari yang lalu saat kita masih pegang uang 10 juta. Kita lupa bersyukur bahwa 7 hari dari sekarang tidak punya uang 10 juta. Realitanya saat ini kita masih pegang uang 5 juta. Sedangkan 10 hari yang lalu sama sekali tidak punya. Walaupun 5 juta.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Inilah penderitaan kita. Hidup di alam masa lalu, alam minpi.
Masa yang akan datang juga alam mimpi. Kita cemas atau khawatir terhadap sesuatu yang belum terjadi. Apa bedanya dengan saat pikiran mengenang bahwa uang masih 10 juta? Padahal uang tersisa 5 juta. Kita menderita jika tetap berada di akam mimpi. Alam maya yang sudah lewat atau pun masa akan datang. Kita lupa bahwa untuk mengatasi itu hanya dibutuhkan memperhatikan keluar dan masuknya nafas.
Nafas lah yang membuat kita senantiasa di masa kini. Tidak dibutuhkan teori ataupun filsafat untuk hidup di kekinian. Saat kita berkata, apalagi membahas tentang kekinian sesungguhnya kita sudah hidup di lam mimpi atau masa lalu. Walaupun se-per sekian detik. Tetapi waktu sudah ter lewat kan. Kunci pokok hidup sehat dan bahagia hanya satu; perhatikan nafas. Segalanya akan ter selesaikan dengan sendirinya. Namun hukan berarti hanya duduk diam.
Facebook sebagai media sosial juga seringkali membuat kita terbuai. Banyak orang tertipu karena begitu mempercayai berita di media sosial. Pikiran tidak lagi jernih saat terlibat begitu intens dengan media sosial ini. Baik kejahatan seks ataupun penipuan uang. Kita terjebak di alam dunia maya. Alam mimpi lagi. Ada alam mimpi yang hadir di imajinasi kita maupun dalam dunia media sosial. Dua-duanya adalah dunia maya sumber emosi negatif.