Kepercayaan dan agama bukanlah tujuan. Ke duanya hanyalah jalan menuju sumber yang satu dan tunggal adanya. Namun kebanyakan dari kita terjebak saling mengunggulkan jalan yang ditempuhnya adalah paling baik. Berikut ayat dari Bhagavat Gita:

Dengan cara apapun seorang

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

mendatangi Ku, Kuterima mereka.

Karena sesungguhnya setiap jalan adalah jalan Ku – menuju Ku

(A Handful of Gems from The Holy Vedas, Centre for Vedic & Dharmic Studies)

Pikiran kita yang masih dikuasai oleh arogansi ego dan anggapan bahwa kita hidup di dunia hanya untuk memuaskan nafsu badan, telah melupakan pesan para suci zaman dahulu. Pesan mereka para suci tidak pernah basi sepanjang umur bumi.

Penyakit manusia dari masa ke masa selalu sama: irihati, dengki, serakah, amarah, dan sakit hati serta keserakahan. Para suci dan nabi ber-asal dari sumber yang sama. Pesan ataupun ritual oleh para pengikutnya kemudian dijadikan jalan. Padahal, para suci dan nabi sadar bahwa setiap manusia berpotensi menjadi budha atau yang tercerahkan.

Para suci dan nabi sadar sepenuhmya bahwa tujuan manusia berada di bumi untuk berkarya demi keberlangsungan kehidupan. Oleh karenanya, mereka menyampaikan ajaran agar setiap manusia melakoni kehidupannya selaras dengan sifat alam. Berbagi kasih sayang sebagaimana sifat matahari, bumi, air, dan udara. Alam senantiasa melayani manusia agar bisa hidup demi tercapainya tujuan kelahiran, yaitu lepas dari keterikatan duniawi.

Para nabi dan para suci hadir di setiap suku. Isi pesannya tetap sama, hanya kemasan yang berbeda. Sang Pencipta senantiasa memberikan pesan sesuai dengan budaya setempat. Kebiasaan yang baik dan dilestarikan adalah budaya. Dua kata: Budhi dan Hridaya digabungkan dalam satu kata BUDAYA.

Siapapun yang terpaku pada jalan, pada akhirnya lupa akan tujuan. Merasa jalannya paling baik membuat manusia terlena bahwa ia tidak akan bisa mencapai tujuan jika sibuk terus pamer pada orang lain. Sifat pamer adalah sifat yang masih bersandar pada hal yang kasat mata. Dengan kata lain, mereka masih pada kesadaran badan. Golongan ini tidak bakal mencapai kebahagiaan. Karena selalu ada kebimbangan dalam kehidupannya.

Apresiasi atau menghargai jalan yang dimiliki oleh orang lain merupakan cara yang bisa mendorong seseorang mencapai tujuannya. Tuhan semesta alam. Dengan kata lain, sesungguhnya ia sadar bahwa hal itulah sifat Tuhan. Keberagaman itulah keindahan.

Sebagai wujud nyata, One Earth College:

 

Tags: