Ketika Rabiah Aldawiyah, sang sufi wanita ditanya seorang sahabatnya, mengapa kau tidak bisa membenci setan? Rabiah sang sufi mulia pun menjawab: ”Bagaimana bisa membenci setan, seluruh hatinya sudah dipenuhi kasih Ilahi, tiada lagi kata selain kasih”
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Demikian pula nabi mulia Isa, beliau tidak lagi bisa membalas kebencian dengan kebencian. Habis sudah mata uang kebencian. Yang dimiliki hanya mata uang kasih. Dengan sendirinya, mata uang tersebut yang bisa dibalaskan ketika ada yang melempar kebencian.
Sakit hati bukan berasal dari luar, ia ada dalam diri kita. Sakit hati terjadi jika kita masih memiliki rasa kepentingan untuk meninggikan diri sendiri. Arogansi agar diperhatikan demi mendapatkan pujian dan keuntungan duniawi menjadikan seseorang sakit hati. Dengan kata lain orang tersebut belum memiliki kepercayaan diri. Ia masih membutuhkan pengakuan orang atas eksistensinya. Ego masih menguasai diri.
Bukan sesuatu yang mudah untuk menafikkan ego. Penafikan ego bisa dicapai jika orang tersebut mampu mengakses sumber kebahagiaan dalam diri. Ia tidak lagi memerlukan sesuatu dari luar diri untuk mendapatkan kebahagiaan atau joy.Sesungguhnyalah sumber kebahagiaan dimiliki setiap insan. Yang diperlukan hanyalah mengaksesnya. Selama ini orang berpendapat bahwa ia bisa mendapatkan kebahagiaan dari sesuatu yang diperolehnya. Itu bukan kebahagiaan. Ini kelegaan akibat terpenuhinya keinginan/harapan. Dan sifatnya sementara. Mengapa? Karena sumber perolehannya juga sementara alias tidak abadi.
Para master dan para nabi sudah bisa mengakses sumber kebahagiaan abadi yang ada dalam diri. Ada dalam diri juga di luar diri. Para master yang mencapai tingkatan demikian akhirnya berkata bahwa:
AS ABOVE SO BELOW….
Sumber kebahagiaan ada di alam sana juga ada dalam dirimu. Jika susah membayangkan yang di alam sana, ya mari kita gali dari dalam diri sendiri…
Dan itu yang paling memungkinkan untuk dilakoni…
Bahagia di bumi juga bahagia di alam setelah kematian…
Maaf jika membingungkan….