Sangat mudah teman…………….
Tentu frekuensi kesadaran yang berkaitan dengan evolusi mind….
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Perhatikan ketika Anda melihat berita di televisi. Berita apakah yang Anda sukai……
Bila yang Anda sukai tentang berita yang mengandung kekerasan, itu juga frekuensi emosi Anda….
Kita tahu bila kita senang keramaian atau berita kekerasan berarti kta sedang berada pada tataran frekuensi yang rendah. Bukankah apa yang ada dalam diri kita memancarkan ke luar diri? Sehingga yang kita sukai merupakan cerminan yang ada dalam diri kita.
Demikian juga ketika kita melihat berita tentang gossip artis atau senang membaca berita ‘HOAX’, berarti yang ada dalam diri kita juga ‘hoax’. Sesuatu yang tidak bakal menunjang terjadinya transformasi mind.
Tanpa sadar kita juga memberikan kontribusi pencemaran di sosial media. Bisakah?
Definisi pencemaran adalah segala hal yang pada akhirnya merusak. Kita sudah kenal istilah pencemaran air. Tentu air yang tercemar tidak layak untuk diminum. Jika dipaksakan akan membuat orang sakit. Demikian pula dalam sosial media. Kita membaca berita yang tidak mendamaikan atau ‘hoax’. Kemudian kita memberikan komentara yang pada akhirnya menciptakan kegaduhan di sosial media. Atau lebih parah lagi membuat kegaduhan pada masyarakat luas. Hal ini yang disebut kita telah mencemaris sosial media.
Bisa juga suatu ketika kita menyebarkan berita tentang hal yang tidak benar. Bisa juga berita itu benar, namun memiliki potensi terjadinya kekacauan di mayarakat luas. Ini juga ulah kita yang mencemari sosial media.
Dengan memperhatikan kejadin-kejadian yang berlangsung di sekitar kita, kita bisa meraba bahwa saat ini banyak orang sedang mengalami stres berat alis sakit. Indikasinya adalah senang menyebarkan berita, atau paling sedikit membaca berita yang tidak membuat hati damai. Kemudian kita tanpa berpikir panjang menyebarkan. Indikasinya adalah bila berita yang kita sebarkan mendapatkan respon orang banyak yang gaduh. Celakanya lagi banyak orang kemudian tertipu.
Sering kita membaca berita tentang seseorang mengalami tindak kekerasan akibat hanya ribut di sosial media. Kita tidak terima kemudian mendatangai orang tersebut. Tindak kekerasanpu terjadi. Bermula dari dunia maya, kemudian berakhir di dunia nyata. Dua-duanya sedang dalam cengkeraman nafsu ketidaksadaran. Inilah kegelapan.
Seringkali juga seseorang mengalami kerugian karena tertipu barang murah. Uang sudah ditransfer ke rekening penjual, walaupun bodong, barang tidak kunjung datang. Ini semua karena ilusi bahwa kita akan mendapatkan barang murah. Si penjual juga sedang menebar jaring pencemaran. Akar permasalahannya adalah keserakahan kita. Jangan menyalahkan si penjual…..
Bila kita dengan teliti mengamati, kemudian kita analisa: ‘Apa betul ada barang semurah ini?’
Kemudian kita menyangkal,’Ahhh… tidak mungkin.’ Berakhirlah. Uang kita terselamatkan. Pendek kata, sesungguhnya tipuan bukan dari luar, tetapi diri kita yang menebar tipuan.
Keserakahan, keangkuhan, ingin menang sendiri, dan kemalasan adalah penyakit pikiran kita yang harus kita bereskan.
Sedikit berbagi….
Dahulu, saya ingin berganti kendaraan. Yang lama dengan produksi baru. Pada awalnya melihat barang tercebut timbul keinginan untuk membeli. Keinginan itu tidak saya lanjutkan, saya endapkan terlebih dahulu. Kemudian saya duduk meditasi atau silent sitting. Dalam alam maya atau pikiran tersebut kita bisa mengamati dengan jernih. Ini nafsu atau benar-benar kebutuhan untuk mengganti kendaraan baru. Setelah melakukan beberapa sata, kemudian timbul kesimpulan bahwa barang baru tersebut belum dibutuhkan. Akhirnya keinginan yang menggebu itupun hilang.
Pesan moral adalah: “jangan ambil keputusan di kala pikiran tidak dalam keadaan tenang. Pikiran kacau efeknya nafas kacau. Solusinya? Tarik nafas dan buang beberapa saat dengan mata terpejam. Maka pikiranpun menjadi jernih sehinga kita memilah serta memilih dengan bijak….
Hidup damai karena nafas panjang………..
Ferkuensi kita terindikasi dengan nafas kita………..
Dunia menjadi tenang dan damai serta aman bila nafas kita juga panjang serta dalam…………..
Janganlah memilih pemimpin yang bernafas pendek. Dipstikan pikirannya juga pendek………….