Manusia adalah pusat permasalahan bagi dirinya sendiri. Tapi karena sifat ego yang berlebihan, maka ia lebih suka menyalahkan orang lain. Tanpa ego berlebihan pun sesungguhnya keberadaan ego sudah menjadi penghalang pertemuan dirinya dengan Sang Sumber Agung.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Dia yang Maha Tunggal sudah berulangkali mengirimkan kekasih hati Nya ke dunia untuk terus mengingatkan jati diri manusia sesungguhnya. Tapi tetap saja manusia lupa dan cenderung melupakan. Bahkan karena arogansi yang berlebihan, manusia sering mempersalahkan Dia. Seakan Tuhan senang menguji umat Nya. Apa urusannya Tuhan menguji umatnya. Betapa ‘ge-er’ nya manusia. Belum juga sadar kah manusia bahwa segala ulahnya lah manusia tersebut menderita. Perhatikan ilustrasi di bawah.

Jual diri demi recehan

‘Beberapa saat yang lalu, tepatnya Agustus 2011, seorang teman mencalonkan  diri sebagai bupati di wilayah dia berdomisili. Dia bersama rekannya mencalonkan diri secara independen. Tentu saja ada pesaing lainnya yang diusung oleh partai. Menurut info teman saya ini, jika melalui partai, dia mesti setor dulu sebesar 10 milyar.

Dia bersama rekannya sudah dikenal kejujurannya. Namun tetap saja mesti mengeluarkan dana sendiri dari koceknya. Sementara pesaingnya di dukung atau disponsori oleh para pengusaha setempat. Oleh karenanya bisa dipastilan koceknya lebih tebal.

Saat pemilihan pun tiba. Ternyata teman tersebut kalah. Setelah ditelusuri, biasa permainan uang. Banyak para pemilih mendapatkan uang untuk memcoblos calon yang tidak disukainya. Tidak lah ia sadar bahwa ia sedang menggadaikan desanya?

Oleh karenanya jangan komplain jika bupati pilihannya mengeruk uang banyak di kabupaten yang dipimpinnya. Terpikirkah oleh para pemilih bahwa ia menggadaikan kebebasan dirinya demi uang yang relatif kecil dibandingkan kerugian yang bakal dialami oleh pemerintahannya.’

Inilah gambaran rakyat yang belum memahami bahwa demokrasi bukan berarti ia bisa demgan mudah menjual suara demi sekeping recehan. Bayangkan saat bupati yang menang dari hasil membeli suara rakyat, pastilah akan berusaha mengembalikan uang yang digunakan untuk memenangkan pemilihan. Dari mana? Tentu saja dari kas pendapatan kas daerah. Segala upaya dilakukan untuk mendapatkannya. Tentu yang paling mudah menjual sumber daya alam. Oleh karena itu janganlah warga mengeluh jika ia sudah merelakan suaranya dijual.

Kesadaran warga memiliki suara yang tidak sembarangan diperjual belikan dengan mudah merupakan perjuangan berat.

Dan ini adalah tugas bagi yang dirinya sudah sadar bahwa sesungguhnya negeri ini bukan negeri yang bisa menderita. Pencerdasan anak bangsa yang diperlukan….

Bangunlah jiwanya……

Bangunlah raganya…..