Bebas Keterikatan
Bebas keterikatan bukan berarti bebas berbuat, tetapi tidak memiliki ketergantungan. Ketika kita bisa berada dalam kondisi seperti ini, baru bisa merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan bukanlah kelegaan karena tercapainya keinginan. Memiliki obsesi banyak harta sehingga bisa mendapatkan semua kenyamanan duniawi tidak akan membuat orang bahagia.
Saya pernah melihat pada satu tayangan di salah satu TV swasta tentang seseorang yang begitu terobsesi harta sehingga rela mengorbankan segala sesuatu, termasuk keluarganya, demi harta yang berlimpah. Tampaknya orang tersebut bahkan bisa menggadaikan seluruh roh nya, bukan jiwa, pada suatu makhluk. Mungkin istilahnya pesugihan.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Mengapa saya mengatakan roh? Karena itu yang dimilikinya. Ia tidak memiliki jiwa. So dalam hal ini, seluruh pikiran serta perasaannya ia identikkan sebagai harta yang menurut dirinya bisa untuk membeli kenyamanan indrawi. Ia dalam penguasan nafsu keserakahan. Ia bergitu terikat pada kenyamanan indrawi. Sayangnya, itu bukan rasa bahagia. Kelegaan………
Kearifan Kuno
Para bijak kuno telah amat sangat memahami makna terdalam kebahagiaan. Tidak satu pun benda di dunia bisa menciptakan rasa bahagia sejati. Bukti nyata saat ini adalah seorang Bill Gates. Atau Mark Zuckeberg atau pun Warren Buffet atau beberapa orang lainnya. Mereka bisa merasakan kebahagiaan bukan karena uang banyak. Rasa bahagia yang mereka peroleh adalah ketika bisa melihat orang lain bahagia. Dan itu bisa dilihat dari saat mereka membagikan harta yang dimilikinya pada orang lain yang membutuhkan.
Kebebasan sejati terwujud saat bisa bebas dari keterikatan harta benda. Karena harta benda pasti berkaitan dengan kenyamanan duniawi. Para bijak sejak Peradaban Hindu telah memberikan simbol dalam bentuk swatika. Rumusan kuno ini telah dilupakan oleh manusia jaman NOW. Pada umumnya, kita semua melupakan cara untuk menggapai kebahagiaan sejati.
4 Langkah
Langkah pertama pada simbol kuno adalah Dharma. Dharma adalah pikiran, ucapan serta perbuatan yang berlandaskan kebajikan bagi semua makhluk di bumi. Bukan bagi golongan atau kelompok tertentu. Penggolongan atau pengelompokan membuat orang menjadi arogan.
Langkah ke dua adalah Artha. Orang tidak bisa hidup di dunia ini tanpa memiliki uang atau harta. Uang atau harta adalah energi yang menggerakkan kehidupan di masyarakat. Segala sesuatu dalam kehidupan bermasyarakat membutuhkan energi ini. Namun demikian, kita tidak hidup dalam penguasaan harta benda. Bisa juga kata ‘Artha’ diberikan pemahaman sebagai ‘Arti Kehidupan’. Hidup kita seharusnya memberikan makna kebermanfaatan bagi sesama makhluk hidup. Arti ini yang lebih luas.
Langkah ke tiga adalah Kama atau hubungan dengan masyarakat, termasuk rekan kerja dan keluarga. Dalam melakukan hubungan ini didasarkan bagi kepentingan orang banyak. Namun juga jangan terlalu jujur. Karena dalam berusaha atau berdagang tentu tidak boleh jujur 100%.
Kondisi ke 4 adalah hasil akhir dari ke dua dan ke tiga sepanjang segala usaha mendapatkan uang dan berhubungan atas landasan dharma. Kebaikan bagi banyak orang. Dengan laku tersebut, maka akan diperoleh kebebasan dari keterikatan atau kepemilikan pribadi. Cinta yang masih berharap balasan bukan cinta yang membebaskan.
Mari kita simak video di bawah ini: