Dengan memahami kata manusia yang terdiri dari dari dia kata, ‘manas‘ dan isya, sesungguhnya manusia tidak pernah mati. Yang mati adalah tubuh manusia. Mari kita renungkan.

Manas‘ berarti pikiran atau mind. Mind adalah gugusan pikiran dan emosi. Gugusan pikiran serta perasaan atau emosi adalah roh. Setiap tubuh yang dihuni oleh roh selalu mengalami kematian atau pergantian sel baru dalam kurun waktu 5-7 tahunan. Sehingga saat kita melihat photo kita 10 tahun yang lalu sesungguhnya sel yang pada photo 10 tahunan yang lalu tidak lah sama dengan sel-sel tubuh saat ini. Namun demikian, kita masih bisa mangingat kejadian saat usia dalam photo tersebut. Jadi singkat kata mind ini tidak mati. Demikian juga otak. Sel-sel Otak juga berganti. Otak sebagai hardware yang berfungsi unit pengolah atau prosesor yang digunakan software, mind. Jadi saat si otak berganti sel, selama mind atau software masih compatible, maka masih berfungsi.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Kata ‘isya’ berarti Allah atau ilahi. Oleh karena nya saat tubuh mati, termasuk otak, maka si mind tetap eksis. Si mind ini harus memiliki banyak referensi sehingga saat tubuh serta perangkat nya tidak lagi berfungsi, maka si mind yang sudah memiliki referensi banyak tidak lagi bingung setelah kematian. Mind akan terus berproses menjalani mekanisme alam. Bila tidak inline dengan path atau track yang semestinya dijalani untuk menuju keilahian diri, maka si mind harus mengulang lagi. Ibaratnya siswa sekolah yang tidak lulus sehingga harus mengulang lagi. Tetapi bila sudah inline, maka si mind akan melanjutkan ke tingkat berikutnya. Jika ada yang bertanya, saya akan menjawab bahwa saya juga tidak tahu.

Agar dalam alam setelah kematian tubuh bisa dijalani dengan baik, bekal yang dimiliki oleh mind harusnya lengkap sehingga setelah tidak ada unit prosesor nya, otak, si mind punya bekal lengkap. Untuk mengumpulkan bekal dengan lengkap dibutuhkan keterbukaan pikiran untuk menyerap informasi yang luas. Dalam arti bukan hanya satu pemahaman atau kepercayaan. Para suci dan avatar yang telah mengalami perjalanan setelah kematian tubuh telah menuliskan secara lengkap. Tergantung kita sendiri saja; mau atau tidak mengisi mind kita dengan informasi yang sudah tersedia. Jika kita menutup diri terhadap segala informasi yang membekali perjalanan setelah kematian tubuh, kita yang akan menanggung akibat sendiri juga. Hanya saat kita masih memiliki tubuh dapat mengumpulkan informasi untuk bekal.

Namun demikian, segala informasi akan sulit terserap jika tidak dipraktekkan terlebih dahulu di dunia. Oleh karena nya pengetahuan atau informasi ini hanya akan menjadi beban jika tanpa implementasi. Pengalaman sama yang pernah saya lakukan ketika kuliah. Saat ujian, saya hanya membaca tetapi tidak dilatih dengan mengerjakan ulang contoh soal. Ketika ujian sesungguhnya berlangsung, saya tidak bisa mengerjakan soal. Dengan pengalaman ini saya berlatih mengerjakan ulang soal, dan ketika ujian sesungguhnya, dengan mudah saya bisa mengerjakan. So, ketika kita pernah meng implementasikan dalam kehidupan berbadan, maka saat mind tanpa tubuh dengan mudah mengingat kembali apa yang mesti dilakukan.

Mind yang terus hidup akan mengalami perjalanan nya sendiri sesuai dengan alur yang di tentukan oleh alam. Itulah misteri kehidupan. Yang bisa kita lakukan saat hidup adalah membuat atau melakukan program agar pada tahap lanjutnya siap mengalami perubahan ke arah lebih baik. Dan kehadiran otak sebagai perangkat keras amat sangat dibutuhkan…..