Benar kah manusia hidup di dunia yang sama?
Sama sekali tidak benar. Boleh saja said seseorang mengatakan bahwa mereka hidup dalam dunia yang sama. Realitanya? Dunia secara fisik boleh. Tetapi benar kah dunia kita hanya fisik? Mari kampus kita perhatikan sekeliling kita. Bahkan diri kita sendiri pun memiliki dunia sendiri.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Kita hidup sebagaimana keinginan kita. Pergaulan kita pun didasarkan atas keinginan kita. Dengan demikian, sesungguhnya kita telah menciptakan dunia sendiri. Boleh saja badan berinteraksi dengan seseorang, tetapi pikiran kita bisa terbang ke tempat lainnya. Ke dunia kita sendiri. Dunia sebagaimana kita ingin kan.
Ada suatu ilustrasi yang menarik. Dalam suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak pun memiliki dunia masing-masing.
Suatu keluarga yang membina rumah tangga puluhan tahun tidak diberi keturunan. Karena ingin membuktikan bahwa si suami tidak mandul, maka ia mendaratkan rudalnya pada seorang wanita. Karena kebetulan seorang keponakan si suami ada di lingkungan keluarga, tak pelak lagi jadi sasaran rudal. Singkat cerita, sang keponakan pun hamil.
Akibatnya bisa ditebak, dinikah lah sang keponakan. Agar menghindari kemungkinan terjadi nya keributan, si keponakan yang jadi istri paman sendiri dipindahkan ke kota lain. Di kota tersebut, si keponakan melahirkan. Cerita pun berlanjut sehingga punya anak 2 orang.
Tetapi karena hubungan darah terlalu dekat, maka anak yang di lahir kan tidak normal. Sampai dewasa pun tidak bisa kembali normal.
Si ayah yang sesungguhnya adalah kakek nya juga sekarang memiliki dunia sendiri. Dunia ciptaan nya sendiri. Ia hidup di keluarga lama yang tidak punya keturunan karena istri tua tidak bisa punya anak, dan di dunia ciptaan nya sendiri. Hidup berumah tangga dengan ponakan dan anak yang kurang normal.
Di masa usia 65 an yang seharusnya dinikmati dengan tenang, pikiran nya terisi beban terhadap anak yang kurang normal. Ia hidup di dunia ciptaan sendiri kendatipun secara badan ia hidup bersama istri tua tanpa anak.
Hal sama sesungguhnya kita alami. Tidak pilih bulu. Sadar atau tidak sadar kita hidup dalam dunianya sendiri. Karena dunia kita identik dengan kenyamanan kita sendiri.