Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Ketika seorang pencari kebenaran berhadapan dengan seorang master, ia mengutarakan maksud kedatangannya. Ia ingin memperoleh pencerahan atau bertemu Tuhan. Sang master hanya tersenyum, lantas membawa sang pencari kebenaran ke suatu kolam. Tanpa disangka-sangka sang master memegang kepalanya dan langsung membenamkan ke kolam. Sang pencari kebenaran gelagapan dan meronta-ronta ingin keluar dari air.
Setelah dirasa cukup, sang master menarik keluar kepala sang pencari kebenaran, lantas bertanya: “Apa yang kau rasakan?” Orang tersebut menjawab spontan:” Ingin bernafas…”
Sang master pun berkata: ” Itulah yang utama. Nafas. Untuk apa menacari Tuhan ataupun pencerahan. Sadarilah nafasmu. Bernafaslah dengan benar.”
Nafas sangat berkaitan erat dengan pikiran. Saat orang marah, nafasnya ngos-ngosan. Saat pikiran tenang, emosipun terkendali. Sehingga tidak mengherankan jika para meditator menyarankan saat emosi meninggi, tarik nafas dalam-dalam. Pikiran yang bergejolak mengakibatkan nafasnya juga menjadi cepat. Pengendalian emosi terjadi ketika nafasnya tenang. Semakin perlahan nafas, emosi semakin terkendali. Pikiran semakin jernih.
Oleh karenanya, tidak perlu memaksa mengendalikan emosi. Pengendalian emosi terjadi dengan sendirinya jika nafas semakin perlahan. Melakukan perjalanan ke dalam diri tidak bisa terjadi jika pikiran masih bergejolak. Bagaikan permukaan air danau. Ketika permukaan danau beriak, dasar danau tidak terlihat. Oleh sebab itu tidak mengherankan sesuatu yang terlupakan bisa teringat secara tiba-tiba ketika pikiran dalam keadaan tenang.
Nafas energi yang luar biasa. Semua terkait erat dengan nafas. Kendalikan nafas, emosi pun akan menurun. Korelasi antara nafas dan emosi bagaikan kepala tongkat dan bagian ujung tongkat. Jika mampu memegang bagian atas tongkat, bagian bawah pun terpegang akan terpegang dengan sendirinya.
Tentu tidak mudah menenangkan pikiran. Ini tidak bisa dipaksakan. Tenang yang dipaksakan menjadi ‘menenang-nenangkan diri’. Bukan tenang alami. Tenang yang dipaksakan. Inilah ketenangan semu. Kondisi semacam ini tidak akan bisa mengakses keceriaan dalam diri. Sesungguhnyalah keceriaan sejati ada dalam setiap insan. Ia tidak berada di luar diri. Ia inherent dalam setiap insan. Adalah kebohongan bahwa keceriaan bisa dilakukan oleh orang lain.
Ketenangan pikiran bisa terjadi ketika sampah emosi yang tersimpan bisa ‘dibuang’.Cleansing atau katarsis adalah metoda pembersihan sampah emosi. Sampah emosi bagaikan kotoran atau karat yang menggumpal pada dinding saluran. Selama dinding saluran belum terbersihkan, hubungan antara inner being dan semesta terganggu. Sesungguhnya energi semesta terus memancar ke setiap insan manusia terus menerus. Yang diperlukan reseptivitas yang tinggi.
Pergaulan dengan rekan yang tidak selaras frekuensi pemikirannya tidak akan menunjang perkembangan evolusi jiwa. Makanan sangat terkait erat dengan evolusi jiwa. Kemampuan pengendalian jenis makanan akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan evolusi jiwa…