Tempat Ibadah

Banyak orang. berpikir bahwa bertumbuhnya tempat ibadah sebagai cerminan pertumbuhan masyarakat yang memiliki kepercayaan pada Tuhan. Namun, bila kita mau mengamati secara cermat dan jujur, semakin banyak tempat ibadah atau sembahyang semakin berkembang pula lokasi kuliner. Mengapa?

Karena masyarakat yang masih membangun suatu tempat untuk ibadah atau sembahyang masih sangat percaya bahwa ritual secara fisik merupakan identitas diri bahwa ia memiliki suatu keyakinan. Dan melakukan ritual di tempat umum juga sebagai cara untuk mendemontrasikan bahwa dirinya bertuhan.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Sejarah 10.000 an tahun

Bila kita mau berjujur diri dan mengamati tenten penemuan bangunan di Mohenjo Daro, kita bisa melihat bahwa reruntuhan bangunan yang berusia 10.000 tahuan lalu tidak ada tempat ibadah. Dengan kata lain mengungkapkan sesungguhnya bahwa ibadah adalah kontak pribadi. Sehingga mereka melakukan interaksi dengan Tuhan secara pribadi di tempat kediaman masing-masing. Dengan cara, ritual ini tidak lagi perlu dipertontonkan pada khalayak umum.

Yang perlu dibuktikan adalah output atau hasil akhir setelah melakukan ritual ibadah atau sembahyang. Bila yang ditunjukkan dalam perilaku keseharian orang atau masyarakat tersebut damai serta menciptakan kedamaian bagi sekitar, maka sesungguhnya ibadahnya diterima oleh Tuhan.

Bukti yang lain bahwa masyarakat saat itu sudah menyadari cara ibadah yang tepat adalah dengan tidak ditemukannya satu pun senjata untuk berperang; tidak ada benda tajam seperti keris dan tombak. Masyarakat ketika itu bukanlah masyarakat tertinggal. Karena pengertian negara maju bukan ditunjukkan oleh teknologinya, namun karena ini.

Negara Maju

Negara yang sudah maju bukanlah negara yang memiliki teknoloji yang lah super hebat. Ini menurut pendapat saya. Bila anda memiliki pendapat dari sisi pandan lainnya, itu juga sah-sah saja. Tidak perlu diseragamkan. Hanya satu indikator bahwa suatu bangsa dikatakan maju. Dari sisi pemahaman tentang menghargai kemanusiaan.

Pembentukan kemanusiaan berarti menghargai eksistensi makhluk lainnya. Bukan hanya yang hidup, namun juga yang tidak bergerak. Karena bila kita mau memahami bahwa ketika tubuh makhluk yang hidup dibelah terus sampai menjadi atom, maka tidak beda dengan yang kita sebut benda mati; atom juga.

Tujuan utama dari pendidikan adalah membangunkan kemanusiaan dalam setiap insan. Inilah tujuan utama manusia lahir di bumi. Bila unsur kemanusiaan dalam setiap individu berkembang, maka tempat ibadah tidak lagi perlu lagi dibangun. Yang perlu dibangun adalah tempat untuk mengembangkan kemanusiaan sehingga kedamaian serta kesejahteraan bersama terjaga.

Tempat kuliner

Bila tempat untuk memenuhi kenyamanan lidah semakin banyak berarti membuktikan bahwa setiap orang nenuhankan makanan. Menuhankan lidah. Makanan bukan lagi sebagai obat, tetapi untuk memenuhi kenikmatan lidah. Kita penyembah makanan. Dengan kata lain, kesadaran kita masih pada fisik. Bukankah hal ini tidak beda dengan tempat ibadah yang juga untuk membuktikan bahwa secara fisik kita merasa memiliki Tuhan?

Ketika kita ‘merasa’ memiliki Tuhan, kita bisa sewaktu-waktu menuduh orang lain tidak memiliki Tuhan. Inilah arogansi diri fisik.

Keduanya mengagungkan fisik belum menyentuh esensi bertuhan, pelayanan terhadap sesama mahluk.