Cara yang pertama, terutama, dan termudah untuk kehilangan kepercayaan diri adalah dengan mempercayai penuh apapun yang dikatakan oleh televisi, media cetak, media sosial, dan media-media lain yang bersifat komersil dan disponsor (oleh pihak-pihak tertentu untuk urusan tertentu). Anda harus memproses dan mencerna semua informasi, semua berita, sebelum memutuskan apa yang tepat ditelan.

(This is Truth That too is Truth by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com) 

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Dengan mempercayai sesuatu yang belum tentu faktanya benar adalah kebodohan. Kebodohan lahir dari ketidaksadaran. Tidak sadar bahwa sesungguhnya yang kita percayai tidak bermanfaat untuk mengarungi kehidupan. Tidak sadar bahwa berita yang tidak menunjang evolusi kesadaran pasti tidak bermanfaat untuk mendukung tercapainya goal pada akhir kehidupan. Dengan kata lain, sesungguhnya mempercayai berita dari berbagai berita media online, cetak maupun televisi, kita sedang dalam pengaruh hipnosis massal. Dan tampaknya, kebanyakan dari kita dalam pengaruh hipnosis massal.

Kita bisa percuta bahwa berita tersebut benar adalah jika yang menyampaikan seseorang yang memiliki integritas. Seseorang yang berintegritas adalah seseorang yang pikiran, ucapan, serta perbuatannya berpijak pada kepentingan umum, bukan kepentingan golongan dan kelompok tertentu.

Media televisi dan radio hidup bergantung pada iklan. Iklan bisa berhasil bila produk yang ditawarkan banyak dibeli. Rating menjadi standart utama. Untuk membuat iklan yang menarik, produser iklan mesti menjanjikan sesuatu yang menarik, walaupun belum tentu kebenarannya. Saat kita mempercayai iklan seutuhnya, anggapan bahwa produk yang dijual sebagaimana yang diiklankan, kita di bawah pengaruh hipnosis massal. Kita belum membangunkan viveka kita. Ini bermakna bahwa kebijaksanaan dalam diri belum bangkit. Kecerdasan intelejensia berasal dari viveka. Kemampuan untuk memilah serta memilih yang dapat menunjang evolusi kesadaran.

Banyak dari kita yang begitu getol untuk eksis di media, Face Book misalnya. Kita  tersinggung jika pendapat kita di FB tidak diterima. Bahkan lucunya bisa menjadi permusuhan antara saudara atau teman akrab gara-gara FB. Kemarahan kita tidak berdasar sama sekali. Kita lupa sedang berinteraksi di dunia yang tidak riil. Dunia maya, ilusi. Tanpa sadar kita sesungguhnya juga sedang berkelana di dunia maya ketika sedang main game. Seringkali kita mendengar berita seseorang meninggal karena main game selama beberapa hari. Saya baru sadar sekarang bahwa sesungguhnya setiap orang memiliki dunia masing-masing. Inilah yang disebut sebagai dunia paralel.

Ambil contoh orang yang meningeal saat main game. Ia begitu larut dalam dunia ilusi sehingga lupa bahwa tubuhnya butuh istirahat. Pikiran yang terjebak dalam dunia maya bisa begitu mempengaruhi terhadap kelelahan fisik. Fisiknya bisa terlupakan karena keterlarutannya dalam permainan yang sesungguhnya ilusi. Dunia ciptaannya sendiri.

Banyak orang tertipu uangnya karena terjebak oleh dunia maya, internet. Banyak orang bisa mengalami pembulian karena statusnya pada dunia maya. Dunia ilusi atau maya yang tampaknya tiada tetapi bisa berakibat nyata. Bagaikan ombak. Ketika suatu kapal terhantam ombak, si kapal hancur. Tetapi ombak yang menghajar kapal sesaat kemudian tiada. Kembali ke lautan lepas. Kita pun demikian. Kita lupa akan jati diri kita. Sejati diri kita yang sesungguhnya tidak terpengaruh oleh apapun juga.

Untuk mengatasi ini sangat mudah. Berdayakan DIRI. Sadari sejatinya diri yang tidak bisa dibunuh oleh apapun juga. Jangankan kata, benda sehebat apapun tidak bisa membunuh DIRI kita. Namun, jika kita masih terjebak oleh anggapan bahwa diri adalah fisik dari tubuh kita, kita akan dengan mudah dipengaruhi orang lain.

Walaupun demikian, kita juga harus sadar bahwa badan ini masih mengalami sakit jika dicubit. Oleh karena kita jga tetap waspada dan tidak sombong atau arogan bahwa kita hebat. Tidak…..

Kita masih hidup berbadan yang membutuhkan makan dan minum serta kenyamanan tubuh lainnya. Hanya kita harus mampu mengingatkan diri sendiri bahwa apa yang dikatakan oleh orang lain tidak mempengaruhi jati DIRI kita. Kita tetap butuh uang serta pakaian dan papan untuk tinggal di muka bumi. Kesadaran berarti sadar akan pentingnya tubuh untuk mengarungi alam dunia dualitas. Sadar pula bahwa jati DIRI bukan lah dari bumi.

DIRI kita bagaikan cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah. cahaya adalah pantulan dari sinar matahari di luar ruangan. Tanpa ada matahari, tiada sinar. Ke tiganya satu kesatuan tunggal……