Hantu sangat berbeda dengan jiwa. Hantu adalah roh. Roh merupakan gabungan antara gugusan pikiran, perasaan serta emosi. Itulah sebabnya roh sering bergentayangan. Tidak satupun orang mengatakan bahwa jiwanya bergentayangan. Jiwa adalah murni adanya. Pelaku semua permasalahan di dunia berpangkal pada pikiran. Seseorang tidak bisa berbuat sesuatu tanpa pikirannya mulai berulah.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Seseorang yang selalu berbuat baik, ia akan masuk surga. Surga ciptaannya sendiri. Sedangkan orang yang masuk neraka adalah yang berbuat jahat. Ke dua pengalaman ini masih berkaitan dengan badan. Mengapa???

Mereka yang sering berbuat baik demi surga senantiasa me-asosiasikan pahala berbuat baik adalah surga. Dan biasanya surga dikaitkan dengan kenyamanan badan. Karena kenikmatan pengalaman badan di anggap paling tinggi. Dan jika orang tersebut berharap pahala surga, pikirannya membayangkan pengalaman badan yang lebih tinggi. Dan akhirnya kekuatan pikirannya menciptakan surga buah ciptaannya sendiri.

Demikian pula neraka juga hasil perbuatan setelah kematian. Suatu pengalaman yang amat tidak menyenangkan sebagai hasil perbuatannya di dunia. Inipun hasil ciptaan pikirannya sendiri. Koq bisa???  Karena ia telah mengenal surga, ia pun dapat dipastikan kenal sisi lain dari surga, neraka.

Yang paling repot adalah roh yang tidak ke surga ataupun neraka. Inilah yang disebut hantu atau roh bergentayangan.

Gabungan gugusan pikiran, perasaan dan emosi adalah materi yang sangat halus. gabungan materi ini masih memiliki memori. Mereka tidak sadar bahwa sudah mati. Biasanya kematian mereka dalam keadaan melakukan perbuatan sesuatu. Misalnya, sedang berjalan kemudian mengalami kecelakaan ditabrak kereta. Memori mereka masih berisi keadaan sedang berjalan. Sehingga walaupun tanpa badan, karena badannya sudah hancur, mereka berasa belum mati. Dalam memorinya, mereka masih menganggap berbadan. Inilah keterikatan pada kendaraan atau badan.

Karena roh terdiri dari gugusan pikiran, perasaan serta emosi, maka ia bisa merasakan kepedihan dan sebagainya. Namun, mereka yang bergentayangan berada dalam keadaan limbo, tidak ke mana-mana. Mereka tidak mampu menentukan arah, mau ke mana. Maka, tetap berada sekitar tempat-tempat di mana mereka pernah mengalami “kehidupan berbadan”.

Untuk itu, leluhur kita senantiasa mendoakan mereka agar mereka ingat bahwa badan mereka telah tiada. Inilah tujuan dari selamatan yang merupakan tradisi leluhur kita. Dengan cara melakukan tahlilan atau selamatan di rumah si orang yang meninggal, apabila si roh datang, ia akan melihat ini dan akan menyadarinya. Dan biasanya, roh ini berada di tempat ia pernah tinggal selama 40 harian. Ia masih terikat pada kehidupan badan masa lalunya.

Keterikatan roh terhadap badan terjadi selama badan tidak segera musnah. Inilah sebabnya, ada tradisi kremasi atau pembakaran mayat. Tujuannya adalah segera memutuskan tali keterikatan. Bila badan musnah, si roh gentayangan akan segera sadar bahwa ia harus melanjutkan perjalanannya.

Namun yang lucu adalah pendapat bahwa jika badan masih utuh setelah meninggal beberapa tahun, keluarganya malah bangga. Pemahaman yang menyesatkan…

Dengan kata lain, mereka yang badannya masih utuh setelah meninggal beberapa tahun, sesungguhnya sangat terikat pada badannya. Sang jiwa individu akan terjebak dalam alam ini dan tidak segera lahir untuk berevolusi. Ia terjebak di alam kebingungan. Jika mereka memahami hal ini, mayatnya segera diperabukan agar jiwanya bebas untuk melanjutkan evolusinya.

Setelah jasad dikremasikan, terputuslah keterikatan yang mengikat Jiwa. Tidak ada alasan baginya untuk tetap gentayangan. Ia melanjutkan perjalanannya.

Dalam alam ini segala sesuatunya berubah. So, jika ada tubuh yang tidak lapuk dan menyatu dengan alam lagi, sesungguhnya tubuh seperti ini tidak selaras dengan proses alam. Segala sesuatunya pasti berubah…

Inilah kesempurnan…..

Tags: