Buku Dongeng Spiritual Berguna Sebagai Pengingat Bahwa Sukses Dicapai Melalui Proses Panjang Dan Berduri Tanpa Berkeluh
Sebagaimana yang dikisahkan oleh mereka yang sukses, keberhasilan bukan diperoleh secara instant. Demikian juga dalam buku dongeng spiritual ini berkisah tentang kesuksesan yang dicapai oleh seseorang yang tampaknya tidak melalui kerja keras. Keberhasilan ini diperolehnya karena kepatuhan dan disiplin.
Menarik sampul buku dongeng spiritual ini, seorang bakul jamu; khas Jawa Tengah. Hal Ini terlihat dari cara berpakaian. Dulu semasa penulisnya masih Sekolah Dasar (SD), tingkat sekolah yang sudah serasa semakin asing karena saat ini penggunaan nama Sekolah Dasar tidak lagi digunakan.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Anand Krishna bertutur tentang manfaat kerja keras sebelum menggapai kesuksesan. Bukan kah sifat jamu juga seperti itu? Sepertinya bila memang jamu digunakan untuk terapi atau jamu, maka rasa parit di lidah kita bukan hal yang aneh. Ingat pepatah:
Berakit-rakit ke hulu berenang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian…………
Janganlah terjebak dengan istilah dari Jawa: ‘Kebo nyusu gudel’ Artinya kita ikuti kemauan anak. Kita sudah sering mendengar banyak korban perasaan guru yang menderita karena zaman sekarang sulit menegur murid, walaupun si murid melakukan hal yang kurang tepat, bahkan salah. Tetapi orangtuanya malahan menyalahkan si guru. Celakanya pihak sekolah malahan membela si orangtua dengan memberikan sanksi kepada guru tersebut.
Sungguh mengenaskan kondisi pendidikan kita. Tidak mengherankan banyak pendidikan yang kurang bagus saat ini. Bahkan lahan pendidikan memiliki telah menjadi ajang bisnis. Demikian juga hal sama juga terjadi pada kedokteran. Banyak dokter yang berkontribusi terhadap terjadinya KONSPIRASI. Walaupun sesungguhnya para dokter yang praktek melakukan tanpa disadari.
Hal ini tidak terlepas dari media sosial yang berkembang ke arah yang tidak semestinya. Demi menyebarkan kesadaran bahwa obat bukanlah satu-satunya solusi bagi penyakit, Yayasan Anand Ashram berinisiatif mendirikan Rumah Sehat Holistik Satu Bumi yang bertujuan untuk menyebarluaskan bahwa sehat adalah hak kita melalui mengubah pola makan atau diet. Para leluhur kita telah menyadari bahwa sesungguhnya manusia tidak butuh obat untuk sehat. Dengan kata lain, pemberdayaan diri menjadi kunci sehat. Salah kaprah yang juga telah mangakar di masyarakat bahwa penyakit dianggap karena keturunan genetika. Bagi pemahaman saya, yang diwariskan orangtua bukanlah penyakit, tetapi pola hidup yang tidak sehat yang diwariskan. Kebiasaan hidup yang tidak menunjang kesehatan telah menjadi pola hidup masyakat kita. Pola hidup atau life style seperti ini yang mesti diubah.
Buku Dongeng Spiritual Sumber Inspirasi Kesuksesan Diri
Kisah ini saya kutip dari buku Karya Anand Krishna: JANGAN JOHN (Judul Asli: Manfaat Disiplin)
Lebih dari 20 Tahun yang Lalu, saya pernah bercerita tentang John, yang saat itu masih kecil, baru masuk sekolah.
Ketika ditanya namanya oleh wali kelas, ia menjawab: “Jangan John, nama saya Jangan John, Bu Guru.”
“Jangan John? Kok bisa Jangan John? Kenapa bukan John saja? Siapa yang memberi nama itu?” Tanya Ibu Guru.
Dan, John, si kecil pun menjawab, “Setiap mau melakukan sesuatu, ibu selalu bilang, Jangan John, Jangan John…. Itulah namaku, Bu Guru…Jangan John. Asli Bu…..”
Setelah 20-an tahun, si Jangan John masih ingat kenangan masa kecil: “Masak tersisa setengan sendok nasi atau lauk di piring pun diomeli, ‘Jangan John, janganlah menyia-nyiakan makanan. Ingat banyak anak-anak miskin yang mesti menahan rasa lapar. Lain kali ambil secukupnya saja, don’t waste.’
“Lupa mematikan lampu di kamar diomeli lagi: ‘Listrik itu energi, kekuatan, masih banyak orang yang belum bisa menikmati listrik. Mereka masih menggunakan lampu minyak tanah, lilin, pelita. Sebelum keluar dari kamar, pastiran lampu sudah di switch off, don’t waste, John.’
Singkat cerita, segala hal yang berkaitan menyia-nyiakan energi atau air atau pun makanan selalu diingatkan pada si Jangan John…
Ia baru menyadari manfaat disiplin dalam kehidupan sehari-hari setelah mengikuti job interview di salah satu perusahaan multinasional.
Berada dalam elevator menuju lantai 18 tempat wawancara akan diadakan, ia melihat noda-noda bekas jari dan tangan di cermin. Maka, ia mengeluarkan tisu dari kantongnya dan membersihkan cermin itu.
Pencahayaan alami di lantai 18 mengingatkan dia pada ibunya: ‘Don’t waste energy, ibu pasti senang melihat gedung ini, penggunaan listriknya sangat minim.
Saat melintasi lording panjang menuju ruang interview, dia melihat sebuah lampu yang masih menyala, padahal tidak dibutuhkan. Maka, ia menemukan tombolnya, dan mematikan lampu itu.
Berada di Ruang Tunggu, seorang petugas menawarkan minuman, “Kopi, beh, atau minuman lain, Pak…” Ia mengucapkan terima kasih dan mengambil sendiri air putih dari dispencer.
Demikian, ia melakukan beberapa hal out of habit, karena kebiasaan Berkah pendidikan kedua orangtuanya. Tapi, tunggu dudlu…saat itu belum sadar bila kebiasan-kebiasaan baik itu akan menghasilkan suatu kebaikan yang tak terbayangkan olehnya.
Sampai…..datanglah gilirannya untuk wawancara. Dia memasuki ruangan dan sudah ada eksekutif, salah satu di antaranya menyapa dia, dan: “Mulai kapan Anda bisa kerja?”
What!!!!!! John hampir pingsan, “Tapi, maaf Pak, saya belum mengikuti interview.” Mungkin saya berada di ruang yang salah, mungkin mereka salah mengenai saya, dianggapnya orang lain yang sudah pernah diwawancara – banyak pikiran yang muncul dalam benak John.
Anda Sudan Diwawancara lewat CCTV yang menunjukkan dan merekam setiap tindakan Anda sejak memasuki gedung ini hingga di ruang tunggu tadi.
“Semua menunjukkan bahwa Anda memahami arti disiplin dalam kehidupan sehari-hari”