Ya, itulah yang seharusnya dilakukan. Ketika ada seorang pun yang mengaku Tuhan di luar diri, wajib hukumnya di bunuh. Mengapa demikian? Karena tidak satupun manusia tahu tentang Tuhan. So, dapat dipastikan bahwa jika ada Tuhan yang bisa disembah mesti dimusnahkan. Bukankah ada ayat dari seorang master yang menyatakan bahwa: “Tuhan lebih dekat dari urat lehermu.”?
Kita menganggap Tuhan terpisah selama ini. Buktinya? Untuk melakukan perjalanan ke suatu tempat yang dianggap suci pun, harus tunggu panggilan. Seseorang yang harapkan dipanggil, merasakan dirinya terpisah. Ia tunggu ada yang memanggil terlebih dahulu.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Tuhan adalah sesuatu yang kita agungkan untuk disembah. Jika dalam kehidupan ini, kita menyembah sesuatu, itulah Tuhan. Apapun bentuknya. Mungkin bentuk kepercayaan atau keyakinan. Karena kita yakini atau percayai baik, maka kita membelanya. Saat itulah kita menyembah keyakinan atau kepercayaan kita.
Kita lupa bahwa dalam ayat yang kita yakini atau percayai ada yang berbunyi: ‘Kasihilah sesamamu sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri.’ Dan ada juga yang menyebutkan: ‘Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan.’ Saat kita menyakiti orang lain, apapun keyakinan/kepercayaannya, sesungguhnya ia sudah melecehkan keyakinannya sendiri. Ia sudah menuhankan keyakinan. Ia tidak lagi melakoni yang diyakini. Tetapi ia menuhankan kepercayaannya. Bukankah ketika kita mengatakan bahwa kita mencintai orang tua dibuktikan dengan melakoni apa yang diperintahkan?
Segala sesuatu yang di luar diri adalah berhala. Namun jangan lupa, kita pun seringkali menyembah keinginan kita. Kita ingin agar orang lain sama seperti kita. Kita paksa orang lain untuk mengikuti kepercayaan sebagaimana kita lakoni. Kita telah berbuat kekerasan terhadap orang lain. Bukan saja orang lain, namun sesungguhnya kita sedang melakukan kekerasan terhadap diri sendiri. Mengapa demikian?
Karena saat kita memperturutkan hawa nafsu kita, kita merusak tubuh kita. Saat kita berpikir buruk, tubuh kita memproduksi hormon beracun yang disebut ‘nor-adrenalin’. Hormon beracun ini selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh dan pada ujungnya meracuni diri kita sehingga menjadi sakit. Bukankah ini namanya berbuat kekerasan terhadap diri sendiri?
Saat kita berpendapat bahwa kepercayaan kita paling baik pun sesungguhnya kita sedang memberhalakan keyakinan atau kepercayaan kita. Mengapa? Kita anggap bahwa kita punya paling baik. Cara berpikir ini sesungguhnya menganggap buruk keyakinan atau kepercayaan orang lain. Saat itu kita dalam genggaman arogansi shatan atau setan. Apakah shatan? Lihatlah ini.
Cara berpikir seperti ini sangat menghambat pertumbuhan evolusi batin kita. Jiwa kita tetap terjebak dalam alam pikiran yang sangat dipengaruhi oleh dunia. Inilah cara berpikir alam manusia yang sangat terikat pada kebendaan. Jiwa yang sesungguhnya bisa bebas saat kita hidup, akhirnya saat tubuh sudah tiba harus meninggalkan kunjungan di bumi, sang jiwa harus melakukan kunjungan kembali ke bumi. Pikran kita yang memenjarakan sang jiwa sehingga belum bebas untuk menyatu kembali pada Sang Maha Jiwa Agung.
Segala bentuk Tuhan harus dimusnahkan. Tanpa itu, sang jiwa individu tidak akan bisa menyatu dengan Sang Maha Sumber Jiwa. Jangan menyalahkan orang lain, semua adalah kita sendiri yang menentukan. Bukan seorang guru ataupun master. Kita dekat dengan seorang master atau guru semata agar kita ketularan kesadaran. Ketika besi terus menerus berdekatan dengan magnet, lama kelamaan si besi akan jadi magnet juga. Mengapa tidak dilakukan?