Khusyu diartikan sebagai gerak gerik atau suasana hati yang: tunduk, pasrah dan merendah. Tunduk terhadap segala ketentuan yang terjadi pada dirinya dalam kehidupan. Mungkin kah kita bisa menolak suatu kejadian yang sesunguhnya tidak kita inginkan? Suatu kejadian yang sudah terjadi tidak mungkin lagi ditiadakan atau ditolak. Kita menangis atau marah atau kecewa tidak lagi bisa memulihkannya seperti keadaan sebelum kejadian. Kita hanya bisa menerima dengan ikhlas. Benarkah demikian?
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Ikhlas kata yang rancu. Kata hiasan yang hanya untuk menghibur diri sendiri. Sesungguhnya, jika kita mengatakan ikhlas atas suatu kejadian, di dalam hati tidak ada keikhlasan. hanya sekedar untuk menghibur diri sendiri. Kata yang kita ucapkan tidak menunjukkan sesuatu yang seirama. Ikhlas atau tidak hanya bisa dibuktikan dalam perilaku atau perbuatan.
Ketertundukan hati dalam suatu peristiwa bukan didapatkan secara instan. Tunduk atas suatu kejadian yang kita anggap merugikan kita menjadikan hati kecewa atau marah. Namun, jika kita bisa melepaskan keterikatan terhadap benda dunia, tunduk atau ikhlas terjadi dengan sendirinya. Kita mesti sadar bahwa kebahagiaan bukan tergantung pada benda. Semua benda yang ada pasti bisa hilang atau berubah. Kebahagiaan yang bergantung pada suatu yang tidak abadi bukanlah kebahagiaan. Ini hanya sifat kelegaan. Kelegaan berarti tercapainya suatu keinginan. Keinginan berasal dari pikiran.
Jadi pokok permasalah ada dalam PIKIRAN.
Pasrah terhadap suatu kejadian yang menimpa diri kita tidak bisa diterima jika belum melakukan usaha atau upaya yang maksimal. Yang dikatakan pasrah terjadi jika semua upaya sudah dilakukan untuk mendapatkan yang kita inginkan, tetapi tidak terwujudkan.
Dalam suasana kita mendapatkan sesuatu yang kita inginkan atau harapkan, sesungguhnya bukan karena upaya kita. Tetapi lebih dari itu, sesungguhnya adalah berkah. Disini letak pokok persoalan utama.
Jika kita bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang kita terima merupakan berkah, bukan karena upaya, kita senantiasa membesarkan rahmat dari Tuhan. Namun jika kita menganggap bahwa segala sesuatu yang kita peroleh karena upaya kita, maka kita merasa diri hebat. Ego yang meninjol. Dan ini adalah kesombongan. Kita terjebak oleh arogansi PIKIRAN.
Jika kita masih menganggap PIKIRAN kita adalah Tuhan, kita tidak akan bisa merendahkan diri.
So, khusyu hanya bisa dicapai hanya dan hanya jika pikiran bisa dikendalikan. Pikiran inilah setan. Namun sesungguhnya, pikiran pun tidak bisa dikendalikan. Pikiran sangatlah kuat dan liar. Semakin kita berupaya mengendalikan, semakin kuat pula dia. Kuncinya adalah bahwa ada keterkaitan erat antara pikiran dan nafas. Bagaikan ke dua ujung tongkat. Jika salah satu ujung tongkat terpegang, ujung lainnya dapat kita pegang dengan sendirinya.
Jika nafas bisa ditenangkan, maka pikiran akan terjinakkan dengan sendirinya.