Pelepasan keterikatan adalah kebebasan mutlak atau moksha. Adalah satu kesalahan menganggap moksha akan terjadi setelah tubuh kita mati. Untuk apa dibicarakan jika pemahamn moksha seperti itu? Toh tidak akan memberikan kebahagiaan. Jangan percaya bila seseorang mengatakan bahwa jika melakukan sesuatu ini atau itu di dunia, kita akan mengalami kebahagiaan di alam setelah kematian.
Rasa kebebasan terhadap segala sesuatu, itulah kebahagiaan. Bebas dari ketakuatan, rasa khawatir untuk mengutarakan pendapat. Utarakan pendapat atas dasar bukan untuk kepentingan kenyamanan panca indra. Kita harus ingat bahwa para suci atau avatar senantiasa menyuarakan sesuatu demi kepentingan orang banyak. Bukan demi keuntungan golongan atau kelompok sendiri. Dan mereka itulah yang sudah menggapai moksha. Bebas dari opini, itulah kebebasan..
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Anda tidak bisa menghentikan siapapun untuk berpendapat. Namun, pendapat hanyalah pendapat.Pendapat bisa atau bisa tidak sesuai dengan fakta nyata. Camkan hal ini untuk menghindari disesatkan oleh pendapat.
Anda tidak bisa sekadar berpendapat tentang hidup atau tentang cara hidup yang Anda inginkan. Lepaskan segala opini, hanyalah setelah itu Anda bisa mulai hidup.
(This is Truth That too is Truth by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com)
Renungan tentang kehidupan sebenarnya terjadi saat saya sadar bahwa selama ini sesungguhnya saya belum seutuhnya hidup. Saya bagaikan robot, hidup di bawah kendali orang lain. Kendali yang berupa opini atau pendapat sekeliling kita. Untuk memeluk keyakinan saja, saya dipengaruhi pendapat orang. Hanya mengikuti tanpa tahu makna sesungguhnya. Hal yang sama terjadi pada kebanyakan orang. Hal ini yang menjadikan orang begitu mudah diperintah untuk melakukan sesuatu yang sesungguhnya ia sendiri tidak tahu kebenarannya. Dengan kata lain, sesungguhnya orang seperti ini belumlah hidup.
Apa sesungguhnya hidup?
Hidup terjadi ketika kita bisa bebas mengutarakan yang kita yakini kebenarannya. Kebenaran berdasarkan pengalaman bahwa pikiran, ucapan serta perbuatan kita selaras dengan alam. Hanya jika kita memahami dan meyakini suatu yang bermanfaat bagi sesama makhluk hidup, kita baru bisa dikatakan hidup. Karena hidup berarti juga memberikan kehidupan. Ada suatu daya dalam diri kita yang mendorong kehidupan di sekitar kita.
Keberadaan kita juga seharusnya bisa membuat hidup yang lain. Bila keberadaan kita tidak membuat sesama makhluk hidup memberikan manfaat, dalam ari memberikan kehidupan juga, ini belum bisa dikatakan hidup. Dalam berbagai keyakinan serta kepercayaan selalu disebutkan bahwa: ‘Perlakukan sesamamu sebagaimana dirimu ingin diperlakukan.’ Jika keberadaan kita membuat tetangga gelisah, atau bahkan takut, ini tidak benar. bagaikan adanya tumbuhan juga hidup sekaligus memberikan manfaat agar kita manusia bisa hidup.
Pepatah Jawa mengatakan bahwa ‘Urip iku urup. Selengkapnya baca di sini. getaran atau vibrasi yang menjadikan orang lain merasakan kehidupan terpancar dari diri. Hal ini bisa terjadi bila ada keindahan dari dalam diri. Kecantikan dari dalam diri terjadi ketika tidak ada lagi rasa takut ataupun cemas. Takut akan pendapat orang terhadap diri kita. Sebagaimana disebutkan bahwa kita tidak bisa melarang orang untuk memberikan atau mengutarakan pendapat, walaupun tidak sesuai fakta. Kita sendiri mesti memiliki keyakinan bahwa yang kita lakukan demia kepentingan orang banyak. Bukan untuk keuntungan pribadi. Semuanya didasarkan aturan yang digunakan.
Mari kita lihat serta renungkan cara SMART untuk melepaskan keterikatan sehingga kita bisa mulai hidup tanpa khawatir opini orang sekitar: