Cinta adalah senjata yang membunuh egomu dan menganugerahimu dengan kehidupan kekal….
Cinta adalah bahasa yang digunakan makhluk surgawi; ketika kau bicara dalam bahasa cinta, sesungguhnya kau menjadi salah satu dari mereka….
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Mencintai Tuhan yang abstrak itu mudah, kau bisa membohongi diri sendiri dengan mempercayai bahwa kau mencintai Nya; ujian sesungguhnya adalah jika kau bisa mengasihi sesamamu.
(Live Love Laugh by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com)
Mengasihi tetangga, apa pun suku, agama/kepercayaan, dan warna kulitnya adalah implementasi rasa cinta dan kasih. Seseorang yang bisa menyakiti, baik dengan kata maupun perbuatan, sesamanya tidak bisa dikatakan sebagai makhluk surgawi. Mengasihi sesama makhluk hidup serta tidak menggunakan mereka untuk memuaskan nafsu rasa lidah tidak bisa dikatakan sebagai pencinta Tuhan. Cinta adalah manifestasi Tuhan di muka bumi.
Selama ada makhluk hidup yang dibantai dan dihidangkan di atas meja makanmu, kau belum memahami cinta.
(Live Love Laugh by Svami Anand Krishna)
Saat hal tersebut di atas bisa kita lakukan berarti kita telah mulai menggunakan senjata cinta untuk membunuh ego. Ego untuk menikmati lezatnya daging dan ikan sebagai pemuas kenyamanan lidah. Jika pun ada yang terpaksa memakan daging karena untuk digunakan sebagai obat bagi dirinya, hal ini bisa diterima. Besar kemungkinan orang tersebut memang harus makan daging demi mempertahankan hidup. Kita lebih mengutamakan kesehatan tubuh sebagai sarana untuk mengembangkan evolusi mind. Tekanan makan daging sebagai obat. Bukan demi memuaskan ego; kenyamanan lidah.
Boleh saja atau sah-sah saja mengatakan kita mencintai Tuhan. Namun, apakah tindakan kita membuktikan ujar kita? Mampukah kita membohongi Dia yang lebih dekat dari urat leher kita? Makna lain dari urat leher berarti tidak ada keterpisahan antara Dia dan tubuh kita. Mungkinkah kita hidup di luar dari Yang Maha Hidup???
Berbagai alasan kita gunakan untuk membenarkan tindakan kita. Membela kepercayaan atau keyakinan kita sehingga tega menyakiti atau bahkan sampai membunuh sesama manusia. Bukan lagi hewan, tetapi sesama manusia. Namun, jika ditelusuri lebih dalam dan direnungkan dengan seksama, paling ujung akan dijumpai bahwa yang dibela adalah uang atau harta ataupun kedudukan. Inilah penyakit dari sejak zaman kudan belum bertandauk sampai lebaran kuda…
‘Kau mungkin dapat berkelana ke bintang terjauh, tetapi jika kau belum mengakses sumber cinta dalam diri, maka sesungguhnya kau belum berkelana sama sekali.’
(Live Love Laugh by Svami Anand Krishna)
Cinta adalah alam makhluk surgawi. Sebanyak apa pun harta yang diperoleh di dunia, tetap saja masih berada di tempat yang sama. Harta adalah alam dunia tempat kita berada saat ini. Benda bukanlah manifestasi dari Cinta. Walaupun hal yang nyata bahwa tanpa uang cinta juga sulit digapai. Saat kita lapar atau tidak punya uang untuk naik kendaraan untuk menuju lokasi belajar CINTA, otak atau pikiran kita hanya dituntut memenuhi urusan tubuh.
Oleh karenanya, sebelum membicarakan urusan cinta, penuhi terlebih dahulu kebutuhan tubuh. Tubuh bukan kenyamanan indrawi. Memenuhi kebutuhan tubuh bukan berarti menjadi budak keinginan. Keinginan adalah kebutuhan yang sudah melampaui kewajaran. Belajarlah dari alam. Hewan makan atau membunuh mangsanya di saat perutnya menuntut untuk dipenuhi. Beda dengan manusia……