Ciri Mata Ketiga terbuka

Ciri Mata ketiga terbuka berkaitan dengan kebijakan pada diri manusia. Bagaimana melihat segala sesuatu dari perspektif pandangan yang bijak dari diri kita. Kita bisa melihat segala macam berita pada semua media yang tampaknya baik/bagus, tetapi kita bisa melihat bahwa dibalik yang tampak baik belum tentu baik atau bagus efeknya secara menyeluruh.

Ada cerita menarik berikut ini. Seorang anak yang lahir pada orangtua yang sangat kaya. Segala kebutuhannya dipenuhi. Semua kenyamanan diberikan penuh pada si anak. Namun anak tersebut tumbuh menjadi seorang manusia yang amat malas. Sebab semuanya telah tersedia.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Saya memiliki seorang teman, dia telah meninggal sekarang. Ia memiliki toko kecil di Singapura. Pada waktu tahun 1970 an. Di pertengahan tahun ’70-’80 an, saya jumpa dia. Saat itu, ia telah memiliki 7 atau 8 toko besar di Singapura. Dia mempunyai 3 orang anak. Ke tiga anaknya kehabis uang. Sedangkan bapaknya memiliki uang banyak.

Suatu ketika, saya berbincang dengan dia yang saat itu sudah tua. Dia bilang pada saya: ‘Ayah saya orang miskin, ayah mereka adalah orang kaya. Saya menyediakan uang banyak bagi mereka. Sedangkan ketika ayah saya dulu miskin, saya sangat menghargai uang karena saya dengan susah payah mencari sendiri.’

Tampaknya kita baik dengan menyediakan segala sesuatu bagi anak-anak. Ini yang saya katakan, tampaknya kita baik dengan menyediakan anak segala kebutuhan. Tetapi tanpa sadar, kita justru membuat mereka malas untuk berusaha mencari atau memenuhi kebutuhan sendiri. Kita merusak semangat untuk berusaha atau bekerja pada diri anak.

Pengalaman meditasi tidak penting

Kembali pada Kundalini. Apa saja yang terjadi pada saat meditasi, lupakan saja. Yang terjadi setelah meditasi adalah yang penting. Bila dalam hidupnya terjadi perubahan dalam me-konsumsi jenis makanan dan ada perilaku atau pandang yang moderasi, maka orang tersebut telah melakukan meditasi dengan benar atau baik. Makan yang sangat atau ekstrem pedas atau bahkan mentah juga belum mencerminkan keberhasilan meditasi. Belum menjadi ciri mata ketiga terbuka.

Makanlah secara alami. Jangan ekstrem. Di Indonesia sampai tahun 1980-1990 an, ketika saya masih muda, masih banyak makanan yang bagus. Tidak makan daging berlebihan. Kami makan ayam sedikit dan telur juga tidak banyak. Makan gado-gado dengan sayuran yang dimasak sedang, dalam arti tidak terlalu matang. Cara makan sayur yang direbus tidak terlalu matang seperti, menurut prinsip Yoga sangat bagus dan sehat.

Baru-baru ini saya sangat kaget dengan suatu berita bahwa setiap orang Indonesia bisa konsumsi ayam sebanyak kurang lebih 6 ribu an ekor selama hidupnya. Ayam-ayam ini termasuk yang dimakan di KFC atau restoran siap saji lainnya. Restoran Padang adalah konsumen daging yang banyak.

Bila umur anda 70 tahun, berarti anda me-konsumsi 100 an ekor ayam per tahun. Artinya tiga hari sekali, anda makan satu ekor ayam. Masuk akal sekali. Perhatikan saja ketika seseorang beli ayam dalam satu paket untuk sekeluarga, tetapi ternyata hanya dikonsumsi oleh 2 – 3 orang saja.

Dan bila kita melihat di mall-mall banyak gerai atau kedai makanan, KFC dan gerai makanan siap saji semakin tumbuh subur, ini berarti bahwa Kundalini kita belum bangkit. Karena kebangkitan dari Kundalini ditandai dengan kesadaran akan jenis makanan yang dikonsumsi.