Damai Dan Tenang Merupakan Hasil Akhir Dari Suatu Proses : Input-Proses-Output. Setiap Orang Punya Modal Awal

Sebelum kita membahas tentang hasil akhir atau output yaitu damai dan tenang, terlebih dahulu kita mesti mengetahui apakah hidup? Atau terdiri dari apa sajakah hidup?

Hidup yang kita alami saat ini terdiri dari pengalaman + pengalaman; pengalaman = Perbuatan + Perbuatan; Perbuatan = Pikiran + Pikiran.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Dari bila mau mendapatkan Output  hidup damai dan tenang, maka kita mesti mengolah input  kita dengan baik. Di antara input dan output  adalah proses. Setiap orang mempunyai hak agar bisa hidup damai dan tenang. Karena setiap orang memiliki input yang sama.

Sebagaimana saya pahami dari buku Soul Awareness by Anand Krishna,  ada 3 (tiga) input yang dipastikan setiap orang lahir memilikinya: Napas, Waktu, dan Pikiran. Berdasarkan hasil akhir yang kita semua inginkan, pikiran adalah penyebab awal dari pengalaman. Bagaimana caranya agar pikiran bisa terkendali?

Damai Dan Tenang, kelola modal awal

Input : Napas, Waktu, dan Pikiran

Dari modal awal yang manusia miliki, antara napas dan pikiran mempunyai Korelasi yang sangat erat. Antara napas dan pikiran bagaikan pangkal dan ujung suatu tongkat. Bila kita bisa memegang salah satu ujung, maka ujung lainnya kita juga dapatkan.

Untuk mengendalikan pikiran sangatlah sulit. Kita semuanya tahu bahwa pikiran kita sangatlah liar. Jadi bila ada latihan meditasi yang mengajak agar bisa mengosongkan pikiran, sangat tidak mungkin. Pikiran kita sangatlah liar, dan lagi tidak seorang pun bisa mengosongkan pikiran.Misalnya, kita diminta oleh instruktur untuk tidak memikirkan monyet warna kuning, jangankan tidak memikirkan monyet warna kuning, yang ada semakin kuat kita memikirkan seekor monyet warna kuning.

Adalah sifat pikiran kita, semakin dilarang akan bereaksi jadi semakin kuat. Semakin dilarang justru semakin kita ingin tahu.

Jadi yang bisa kita lakukan adalah memegang atau mengendalikan ujung tongkat lain, napas. Bila ingin bukti, saat kita marah atau cemas, pikiran kita kacau. Pada saat yang sama, napas kita pendek atau terengah-engah. Hanya sampai dada. Bila keadaan seperti ini, tarik napas dalam beberla kali, maka kita menjadi tenang. Inilah bukti korelasi antara napas dan pikiran.

Ada suatu rumusan dari hasil penelitian : 1 (satu) kali tarikan napas; 3 (tiga) kali detak/pulsa jantung, 9 (sembilan) denyut otak. Berdasarkan rumusan ini, tarik napas dalam secara perlahan sampai perut, maka pikiran kita dengan sendirinya juga memelan.

Tentang modal ke dua : Waktu. Untuk mendapatkan output pengalaman hidup damai, kita mesti bisa mengintensifkan pemanfaatan waktu seefisien mungkin. Pilihlah waktu latihan yang tepat. Pagi antara jam 04.00-07.00 waktu setempat; siang jam 12.00, dan sore jam 18.00-20.00. Dari pengematan para resi jaman dahulu, ketiga waktu tersebut merupakan waktu paling tepat untuk latihan meditasi dengan pola memperhatikan atau mengolah napas. Berdasarkan pengalaman saya, memang demikian.

Bila pikiran bisa terkendali, maka ucapan kita juga tidak reaktif. Pikiran kita memiliki kemampuan untuk responsif. Ucapan reaktif kita karena banyaknya sampah emosi. Dengan latihan pengaturan daya hidup atau prana (life force) dengan sendirinya sampah-sampah emosi terbersihkan, sehingga kita mengamati pakah ucapan atau perbuatan kita bisa menyulut masalah lebih parah atau tidak. Inilah sikap responsif.

Proses antara input dan output mesti dilakukan terus menerus agar hasil akhir hidup atau pengalaman plus pengalaman baik, rasa damai dan tenang dalam hidup kita.