Kebanyakan manusia bertindak tidak sadar. Bagaimana mengetahui bahwa tindakan manusia tidak sadar? Dengan sangat mudah membedakan. Mereka yang melakukan tidak sadar selalu berorientasi untuk kepentingan diri sendiri, kelompok bahkan golongan. Mereka cenderung mengedepankan intelektualitas ketimbang pertimbangan intelegensia. Mereka yang tidak sadar perilakunya menyandang rasa ketakutan yang amat sangat terhadap sesuatu. Rasa percaya diri juga kurang. Dan masih banyak lagi ciri yang dimiliki. Jangan dipandang bahwa perilaku berkesadaran tidak terkait dengan kecendekiawanan seseorang.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Beberapa tahun lalu terbentuk Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia. Sekelompok orang ini menyatakan diri sebagai group cendekiawan, tapi pembentukan ikatan ini tidak menggambarkan sebagai cendekiawan. Yang paling aneh penggagas utamanya adalah orang yang pintar, yang kemudian menggantikan Presiden ke dua RI, Suharto (alm). Pantas kepemimpinannya tidak berlangsung lama. Berarti tidak semua cendekiawan bijak. Menurut pandangan saya seorang cendekiawan adalah orang yang pintar dan bijak. Pembentukan kelompok cendekiawan yang atas nama agama tertentu, jelas bukan perbuatan bijak. Orang yang bijak pasti sadar akan akibat perbuatannya. Dengan menempelkan embel-embel muslim pada kelompok para cendekiawan yang dipimpinnya telah menunjukkan siapa sesungguhnya person tersebut. Jelas suatu perbuatan jauh dari sadar. Dia sudah mengelompokkan pada agama tertentu. Sadarkah dia bawa sesungguhnya ilmu pengetahuan tidak lahir dari agama atau kitab suci tertentu? Sadarkah dia bahwa pembentukan kelompok cendekiawan yang berorientasi pada agama tertentu telah memicu perpecahan kelompok cendekiawan di NKRI? Ia telah memicu timbulnya disintegrasi negara ini.

Jika dilihat latar belakang pendidikannya, ia orang luar biasa. Di Jerman, ia telah berhasil menjabat suatu posisi yang cukup tinggi di suatu industri pesawat terbang. Kita patut bangga memiliki putera terbaik yang kepintarannya diakui di negara Jerman yang kita tahu merupakan gudangnya orang pintar. Sayang karena terlalu lama hidup di luar negeri dan karena merasa bahwa agama yang dianutnya lebih lebih baik dari agama orang lain, ia telah mengambil tindakan yang kurang tepat. Ia telah menambah persoalan bagi negeri ini. Sama sekali tidak membantu mengatasi persoalan negeri yang sangat rawan perpecahan. Lantas jika dikaitkan dengan ikatan emosional kecintaan terhadap Ibu Pertiwi, sama sekali tidak tepat.

Suatu perbuatan yang benar-benar tidak sadar. Perbuatan yang sadar adalah jika kita mempertimbangkan resiko dari perilakunya. Perbuatannya membentuk ICMI adalah untuk membuat kotak baru dalam bentuk ikatan cendekiawan. Walaupun ia menggunakan embel-embel Indonesia tapi jelas-jelas tidak bersifat Indonesia. Pemahaman keindonesiaan yang sangat sempit. Lupa bahwa falsafah dasar negeri ini adalah kebhinekaan. Keanekaragaman adalah kekayaan kita yang bernilai tinggi. Kemampuan kita menjaga keanekaragaman untuk tetap dalam satu kesatuan yang utuh merupakan kekuatan kita. Bersyukurlah kita tidak lama dipimpin orang yang pintar tapi beritelegensia rendah seperti ini. Wah bisa berantakan negeri ini. Mengapa??? Seorang yang berintelegensia tinggi akan mengesampingkan kepentingan sendiri, kelompok ataupun golongan. Karena intelegensia terkait erat dengan mindset yang bersifat universal. Seperti keindahan bunga, semua orang merasakannya. Selain itu mereka yang mempunyai intelegensia memiliki kepekaan lebih dari rata-rata. Rasa empati yang tinggi lahir dari kecerdasan intelegensia.

Kita kembali pada kesadaran. Untuk menjadi sadar, kita harus belajar atau berupaya secara terus menerus sehingga suatu saat kesadaran itu menjadi satu atau menyatu dalam jiwa kita. Berubah menjadi sifat diri seorang manusia. Jadi proses penyadaran ini akan berlangsung secara terus menerus. Seseorang yang telah memperoleh kesadaran sejak belia, tentu terkait erat dengan modal dasarnya.

Pada kebanyakan manusia kesadaran diperoleh dengan berupaya. Pada awalnya melalui jalan pengetahuan. Mengapa saya mulai dari pengetahuan? Kita di sekolah belajar akan pengetahuan. Bukan belajar kesadaran. Dari pengetahuan, kita dapat memilah mana yang tepat dan mana yang tidak tepat. Tindakan yang tepat adalah tindakan yang selaras dengan alam. Yang dimaksud selaras adalah tidak merusak alam beserta isinya. Termasuk menyakiti, membenci dan bertindak serakah untuk kepentingan diri sendiri. Pengetahuan yang lebih mementingkan lingkungan dan alam sekitar, itulah kesadaran. Setelah mengetahui dan memahami tentang kesadaran. kemudian kita harus berupaya menerapkan. Kita harus berupaya secara terus menerus sehingga suatu saat kesadaran menjadi bagian dari perilaku. Pengetahuan yang berkesadaran diperoleh melalui seorang yang telah memiliki perilaku berkesadaran. Sebut saja seorang Guru/Master. Seorang Guru sejati telah mengalami kesadaran dan bukan lagi merupakan pengetahuan baginya. Telah menjadi perilaku kesadaran dalam keseharian. Dalam filsafat kejawen, ini yang disebut ’eling’ Setiap tarikan nafas dan hembusan nafas, mereka selalu ’eling’ atau mengingat kepada Hyang Widhi, Sang Pencipta. Para penganut falsafah ini akan selalu mengingat, apakah perbuatan memberikan manfat atau mudharat bagi lingkungan alam sekitar beserta mahkluknya. Mungkin dalam agama Islam lebih dikenal dengan dzikir atau mengingat akan Allah. Mencintai Allah berarti mencintai alam ciptaan Nya beserta isinya. Inilah mengapa Islam disebut agama yang RAHMATTAN LIL ALAMIN. Agama yang damai dan mendamaikan.

Untuk merubah kesadaran dari pengetahuan menjadi bagian dari perilaku membutuhkan transformasi. Bagian dari perilaku berarti menjadi sifat dari manusia. Energi transformasi dari pengetahuan menjadi sifat memerlukan katalisator. Seorang Master mampu menjadi katalisator dalam proses transformasi. Karena seorang master adalah seorang yang sudah mengalami ketuhanan dalam dirinya. Seorang master telah menjadi bibit kesadaran itu sendiri. Zaman dulu terdapat seorang Master di India, Shri Ramakrishna. Beliau bisa mengalami ekstase berulang kali. Dalam keadaan ekstase atau trans kesadaran dirinya tidak lagi pada kesadaran badan. Telah mencapai kesadaran semesta. Beliau tidak lagi mampu memilah antara baik dan jelek. Dalam keadaan seperti ini semuanya menjadi bagian alam semesta. Baik atau buruk adalah berdasarkan pikiran atau mind seseorang. Bagi seorang berkesadaran ilahi, kebaikan dan keburukan adalah bagian dari suatu kebenaran kehidupan. Namun demikian sesungguhnya, seseorang yang terus menerus dalam kesadaran ilahi, tidak akan mampu mempertahankan badannya lebih dari 21 hari. Menurut Bapak Anand Krishna, badan akan terurai menjadi atom. Nampaknya keberadaan badan terjadi karena bekerjanya mind. Sang lembaga yang berurusan dengan diskriminasi. Diskriminasi terkait dengan keinginan. Jadi ada korelasi antara keinginan manusia dengan kesadaran badan.