Demokrasi barat hanya sesuai di barat. Demokrasi yang menggunakan suara terbanyak yang saat ini diterapkan di negeri ini tidak sesuai dengan Sila: Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Demokrasi yang saat ini berjalan menggunakan falsafah untung rugi. Belum menggunakan nilai intelejensia. Suatu kemunduran.

Bagaimana tidak mundur? Demokrasi jenis ini adalah demokrasi yang digunakan pada era Jesus. Bacalah episode di bawah ini yang dikutip dari Injil Matius 27:19-26.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]


“Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, istrinya mengirimkan pesan
kepadanya:’Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia
aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam.’
“Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad
untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Jesus dihukum mati.
“Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: ‘Siapa di antara kedua orang itu yang
kamu kehendaki kubebaskan bagimu/’ Kata mereka ‘Barabas’
“Kata Pilatus kepada mereka: ‘Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Jesus,
yang disebut Kristus?’ Mereka semua berseru: Ia harus disalibkan!!’
“Katanya: ‘Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan Nya?’
Namun mereka makin keras berteriak: ‘Ia harus disalibkan!’
“Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan,
ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata:
‘Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!’
“Dan seluruh rakyat menjawab: ‘Baiklah darah Nya ditanggungkan atas
kami dan anak-anak kami!’
“Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Jesus diserahkan pada mereka untuk disalibkan.’

Kata yang dicetak tebal menunjukan kekuasaan mayoritas. Ala demokrasi seperti ini yang saat ini diterapkan di negeri ini. Demokrasi yang dikendalikan oleh khalayak yang belum memiliki kebijaksanaan. Perhatikan saja jika ada suatu kasus, dapat dipastikan media akan mem blow up. Tidak pernah meneliti lebih dalam, apakah ada unsur kebijaksanan saat memberitakannya?

Sama sekali tidak. Mengapa? Karena media selalu saja memberitakan; Apa yang diinginkan oleh masyarakat. Bukan Yang dibutuhkan.

Demokrasi yang selaras dengan Sila ke 4 adalah demokrasi yang mengutamakan kebijaksanaan. Bukan suara terbanyak. Walaupun saat voting banyak yang bersuara, tetapi suara seorangpn tetap dipertimbangkan selama suara tersebut berkepentingan bagi bagi kebutuhan orang banyak atau kemahslahatan yang lebih banyak.

Demokrasi ala Romawi atau orang banyak belum tepat diterapkan di negeri yang rakyatnya masih bisa dibeli dengan recehan. Rakyat yang belum sadar. Rakyat yang masih ternina bobokan dengan iming-iming surga. Mereka yang masih dipengaruhi bahwa jika melakukan ritual ini dan itu bisa masuk surga, belum layak menerapkan demokrasi dengan mengedepankan suara terbanyak.

Celakanya, hal ini juga diterapkan di lembaga tinggi negara, DPR. bayangkan kacaunya negeri ini. Sepertinya wakil rakyat yang duduk di lembaga tersebut juga belum memahami makna sila ke 4. Konyol lagi adalah anggota HAM yang membela rakyat di Waduk Pluit. Jelas-jelas mereka melakukan kesalahan dengan mencuri tanah negara. Tanah yang bukan miliknya, namun ketika mau digusur, mereka mengadu pada Komnas HAM. Dan Komnas HAM membela, karena mereka berjumlah banyak. Tidak perduli, apakah yang mereka lakukan benar atau salah.

Semoga fajar pencerahan segera menyingsing di negeri ini… Negeri yang memiliki Pancasila yang jika diterapkan secara sungguh-sungguh menghasilkan kemakmuran bagi rakyat semua….