Jadi Manusia

Benarkah kita sudah jadi manusia? Selama ini kita anggap sudah. Namun sesungguhnya belum. Kita hanya bentuknya saja, namun belum seutuhnya manusia. Karena kita masih menggunakan otak reptil yang bersifat reaktif. Sedangan manusia yang utuh menggunakan neocortex. Mengenai beda antara reaktif dan rensponsif, silakan baca ini.

Menjadi manusia berarti kita harus melampaui otak reptilia. Silakan lihat video tentang hal tersebut:

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Imajinasi

Mungkin banyak di antara kita ingin menjadi dewa. Kita anggap menjadi dewa atau hidup di surga bakal bisa menikmati kehidupan yang nyaman. Kita lupa bahwa hidup nyaman yang selama kita dambakan semata hanya karena kita tidak mendapatkan di muka bumi. Semua yang kita anggap kenyamanan indrawi bukanlah kenyanan surgawi. Mengapa?

Kita lupa bahwa saat mati berarti tubuh ditingalkan. Lantas bagaimana bisa merasakan kenyamanan badaniah, seperti ingin ML dengan bidadari? Bukankah kita hanya berkhayal atau ber-ilusi? Namun demikian, tanpa kehadiran pikiran untuk berhalunisasi tentang kenikmatan bersenggama, kita tidak bergairah. Dengan kata lain, sesungguhnya kita berimajinasi terlebuh dahulu tentang kenikmatan berhubungan.

Peluang Emas

Dalam buku Shri Sai Satcharita disebutkan:

Sungguh kelahiran sebagai manusi adalah kesempatan emas, hendaknya kita tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Para dewa pun ingin lahir sebagai manusia untuk melanjutkan evolusi mereka. Karena, dalam wujud dewa mereka hanyalah menikmati hasil perbuatan mereka sebelumnys, dan tidak jadi evolusi.

Ya, evolusi berarti melampaui otak reptilia yang bersifat reaktif menuju penggunaan Neocortex secara lebih utuh. Dengan menggunakan neocortex berarti kita mengembangan intelejensia. Kemampuan untuk memilah antara percatan tepat dan tidak tepat. Dengan kata lain kita sedang mengembangkan penggunaan mata ke tiga.

Hanya ketika ada otak kita bisa  melakukan transformasi. Ibarat komputer sebagai perangkat keras. Transformasi intelektual menjadi intelejensia berarti peningkatan kualitas perangkat lunak. Tanpa keberadaan perangkat keras, otak, perangkat lunak, mind, tidak akan terjadi peningkatan kualitas. Inilah peluang atau kesempatan emas saat bertubuh sebagai manusia.

Jadi dewa bisa terjadi bila banyak melakukan perbuatan baik. Dan kita mendapatkan imbalan untuk hidup dengan nyaman. Sayangnya tidak bisa terjadi transformasi atau evolusi kesadaran….