Saya semakin bingung dengan pengurbanan hewan. Tidak disangkal aka banyak yang tidak setuju dalam hal ini. Tetapi semakin merenung, semakin membingungkan saya. Dimanakah relevansi hewan dibunuh sebagai kurban dan visi Baginda Rasulullah SAW, Rahmatan lil alamin?

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Bagaimana mungkin ada makhluk hidup rela dibunuh? Bukankah tradisi mengurbankan makhluk hidup juga dilakukan oleh mereka yang dahulu dikecam menyembah para dewa atau bahkan kekuatan gelap? Zaman dahulu ketika masih banyak orang yang dikatakan menyembah setan juga mengurbankan hewan hidup untuk persembahan demi mendapatkan kekuasaan dari kegelapan. Kita seringkali melihat hal tersebut dalam film.

Namun jika hal tersebut juga masih dilakukan, apa bedanya? Sangat banyak yang akan membantah dengan alasan dari sisi ritual. Namun sebaga manusia yang diberi akal sehat, pernahkah kita melakukan analisa atau renungan relevansi antara membunuh makhluk hidup dan visi Baginda Rasulullah SAW?

Rahmattan lil alamin berarti memberikan rahmat bagi alam sekitar. Apakah dengan membunuh hewan yang juga sebagai makhluk hidup bisa dikatakan memberikan rahmat atau keselamatan bagi sesama makhluk hidup?

Itukan perintah Tuhan!!!! Baca sejarah terjadinya prosesi hewan kurban…. Boleh saja anda memaki… Silahkan… Toh yang akan rugi diri sendiri… Saat memaki dan marah, diri kita dikuasai oleh pikiran yang yang selalu saja ingin menguasai. Ego untuk menang sendiri dan selalu merasa benar. Kita kembali jatuh di bawah kekuasan setan pikiran… Ini juga pilihan…

Apakah mungkin Tuhan yang menciptakan hewan memerintahkan makhluk lain untuk membunuhnya? Dimana relevansi dengan visi Baginda Rasulullah SAW? Jangan-jangan kita belum memahami esensi kurban?

Karena dalam diri manusia ada unsur nafsu hewaniah. Sipkap reaktif manusia sebagai bukti insting hewani dalam diri manusia. Saat hewan dipukul, mereka langsung menggigit. Inilah yang disebut reaktif. Bertindak secara reflek tanpa menggunakan akal. Mengapa hal ini terjadi?

Karena dala tempurung kepala manusia ada bagian otak yang disebut limbik. Bagian otak warisan dari reptil. Ini juga yangmendorong manusia untuk melakukan kegiatan serupa hewan. Makan, tidur, dan seks. Insting hewan untuk bertahan hidup. Tanpa insting ini, manusia sulit bertahan hidup.

Semestinya dalam kehidupan saat ini, insting hewani ini sudah semakin dikurangi. Inilah tujuan kelahiran manusia sepanjang kehidupan. Melakukan transformasi dari pola pikir intelektual menjadi intelejensia.

Intelektual adalah pola pikir yang mengedepankan kepentingan berdasarkan untung rugi. Pola pikir hewani. Hanya mementingkan kepentingan golongan, kelompok dan diri sendiri. Belum memikirkan hal yang menyangkut kepentingan universal. Suatu pola pikir yang belum selaras dengan visi Baginda Rasulullah SAW.

Intelejensia adalah sistem berpikir ilahiah. Dalam hal ini dibuktikan dengan keberadaan bagian otka manusia yang disebut neo-cortex. Bagian otak ini tidak dimiliki oleh hewan. Bagina otak inilah yang membedakan antara hewan dan manusia. Oleh karenanya, cara berpikir yang berbasis reaktif seperti hewan mesti ditransformasi berbasis responsif.

Pola pikir intelejensia ah yang selaras dengan visi Baginda Rasulullah SAW. Rahmattan lil alamin. Berkah bagi sekalian alam. Pola pikir berbasis intelejensia merupakan pola pikir yang lebih mengutamakan kepentingan sesama makhluk hidup. Bukan pola pikir yang egois. Semata keuntungan golongan, kelompok, ata diri sendiri. Pola pikir yang universal.

Dengan cara membunuh makhluk lain demi mendapatkan pujian dari sesama manusia, jelas bukan pola pikir intelejensia.

Tujuan dari kurban adalah membunuh insting kehewanian dalam diri sehingga terwujudlah sifat keilahian dalam diri. Rahman dan rahim. Sifat kasih sayang terhadap semua makhluk hidup ciptaan Dia Yang Maha hidup.