Saat kita mengatakan hal demikian, apalagi bila mengatakan atas nama golongan yang sesungguhnya secara statistik mayoritas, orang seperti ini sedang mencari pencitraan atau bahkan belas kasihan dari orang lain. Ia atau golongan tersebut sedang dalam keadaan tingkat rendah energinya. Salah satu pemimpin negara berhasil memenangkan pemilihan dan ternyata ia mampu menduduki jabatan dalam dua periode. Ketika secara tidak sadar memposisikan diri demikian.
Ia seorang yang selalu mengatakan bahwa dirinya didzolimi. Ia mencari belas kasihan dari masyarakat pemilih. Celakanya, rakyat belum mengendus modus ini. Inilah kebodohan dari rakyat pemilihnya. Saat ia tidak lagi berkuasa, ia masih merasa bahwa dirinya masih berkuasa. Untuk memenuhi ambisi ini, ia inginkan seorang melanjutkan ambisi terpendam.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Pola ini tampaknya digunakan oleh orang yang memiliki karakter sama. Tanpa disadari sesungguhnya bahwa orang yang selalu minta perhatian orang lain adalah seseorang yang lemah. Rendah level energinya. Golongan ini adalah golongan yang suka menindas tanpa disadari. Bila seseorang selalu merasa kuat dan melakukan penindasan, begitu merasa tersinggung sedikita saja, golongan ini langsung berteriak bahwa golongannya di bawah tekanan atau di dzolimi. Betapa lemah golongan seperti ini sesungguhnya….
Golongan yang berkeyakinan ingin selalu superior adalah golongan yang lemah dalam keyakinan pada Sang Maha Daya. Golongan ini lupa bahwa keyakinan yang benar-benar utuh tidak tergoyahkan oleh sesuatupun. Seseorang yang yakin penuh bahwa Sang Maha Daya meliputi segala sesuatu, ada di dalam serta di luar diri, tidak akan mengeluh ataupun komplain. Pada umumnya golongan ini selalu menunjukkan kekuatan fisik atau yang kasat mata untuk memenuhi keinginannya.
Para suci atau avatar tidak pernah mengeluh atau komplain ketika menyampaikan suatu keyakinan yang benar atau bajik. Bagi mereka, bajik atau benar bukan berlandaskan kepentingan golongan atau kelompoknya. Mereka adalah pejuang yang menyuarakan dharma. Dharma adalah kepentingan berlandaskan orang banyak atau yang selaras dengan alam. Mereka menyampaikan pesan semesta. Bukan pesan berdasarkan kepentingan golongan atau kelompoknya.
Biasanya secara umum, mereka yang menyuarakan atas golongan atau kelompok tertentu tidak selaras dengan kepnatingan umum. Mereka memiliki kecenderungan senang menindas golongan atau kelompok lain yang dianggap lemah. Inilah pola pikir para penguasa. Bukan cara berpikir demi kesejahteraan bersama.
Hanya saja pada umumnya mereka tidak mau menyadari. Adalah sudah menjadi sifat alam bahwa mereka yang tidak menyadari kelemahan diri selalu berorientasi pada fisik. Pada tampilan luar. Pada kekuatan massa yang dianggapnya mendukung. Orang yang memiliki watak demikian tanpa disadari menjadi seorang penyembah berhala kekuasaan. Selain itu, tanpa disadari mereka menafikkan keyakinannya. Mereka lupa bahwa pembawa pesan awal sama sekali tidak menghendaki pesannya menjadi lembaga yang kemudian digunakan untuk menggapai kekuasaan dunia…
Betapa menyedihkan dan amat sangat patut dikasihani cara berpikir seperti ini……
Namun, di balik itu semua: ‘Wahai teman dan sobat… Itua adalah permainan Sang Maha Daya juga. Karena semua Dia yang sedang bermain. Kembali pada diri kita: Renungan di atas sebagai upaya mengingatkan diri saya agar tidak terbawa arus kemarahan atau emosi yang sifatnya sesaat. Sesaat ada sesaat kemudian tiada. Namun, jika saya terjebak dalam permainan emosi, saya kembali lupa bahwa hidup adalah sesuatu permainan. Tanpa ada kehidupan evolusi kesadaran tidak terjadi…..