Pada dasarnya dunia ini memang tidak adil. Jadi, jika kita mencari keadilan, sudah pasti kecewa. Lebih baik kita sendiri menjadi adil’ 

(This is Truth That too is Truth by Swami Anand Krishna, www.booksindonesia.com)

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Adalah yang disebut keadilan? Sering kita mengeluh saat mendapatkan perlakuan yang ‘menurut’ kita tidak adil, kita menghujat dan marah, kecewa, dan mengeluh. Bukankah semuanya sebagaimana persepsi kita? Adil atau tidak bergantung pada hal yang menguntungkan bagi kita atau tidak. Kita jarang berpikir, biarlah saya rugi atau ga mendapatkan yang kita inginkan asalkan orang lain bahagia. Pada hal seharusnya begitu. Ini yang dinamakan keadilan. Bukan adil menurut ukuran kemauan atau keinginan kita. Kita selalu merasa benar. Dan jika menguntungkan saya, maka itu adil namanya.

Selama ego yang bicara keadilan, dapat dipastikan untuk kepentingan diri. Karena yang masih bicara adalah otak intelektual Bukan intelegensia. Dunia ini tidak ada yang namanya adil atau seimbang. Prinsip kita merasakan adil ketika kita merasakan kebahagiaan. Mengapa tidak dibalik, rasakan bahagia dulu, maka segala yang terjadi menjadi adil.

Menunjuk statement dari buku This is Truth That too is Truth, maka yang utama menciptakan keadilan dalam diri sendiri. Keadilan bisa diartikan keseimbangan. So, jika kita bisa bahagia, keadilan di luar pun menjadi adil. Inilah keadilan alam semesta.

Saat kita bisa memenangkan suatu perkara, dan menurut persepsi kita kemenangan itu merupakan keadilan bagi kita, kita pun merasakan kebahagiaan. Dengan demikian masalahnya pada kebahagiaan bukan pada keadilan. Dengan melakukan reverse theory, kebahagiaan diciptakan terlebih dahulu, maka persepsi keadilan pun terjadi. Fan rasa bahagia itu pun sesungguhnya ada dalam diri kita. Tidak perlu dicari atau ditemukan. Sesungguhnya rasa bahagia pun tidak pernah hilang.

Kita tidak bahagia karena dalam pikiran kita dipenuhi keinginan yang bukan kebutuhan. Kebutuhan makan terpenuhi, namun keinginan mengkonsumsi makanan yang sama Di tempat yang berbeda masih ada. Keinginan bukanlah kebutuhan. Makan saat lapar adalah kebutuhan. Makan camilan adalah keinginan bukan kebutuhan.

Keinginan ini dan itu berlapis-lapis dalam diri kita. Mengikis keinginan sehingga mencapai dasar kebutuhan kita bisa merasakan kebahagiaan. Terpenuhi nya kebutuhan membuat kita bahagia. Tercapainya keinginan, sebaliknya, menciptakan keinginan lainnya. Kebahagiaan tidak bakal disadari.

Pendek kata, ciptaan keadilan dalam diri sendiri, maka rasa kebahagiaan pun tercapao. Segala hal di luar diri akan tampak falam persepsi adil. Di luar diri tidak ada keadilan…