Secara jelas kita tahu bahwa badan tidak abadi. Kebahagiaan sejati tidak bisa mengandalkan sesuatu yang tidak abadi. Badan mati kemudian dikubur. Badan membusuk jadi cairan dan meresap ke dalam tanah. Dari tanah kembali ke tanah. Cairan diserap oleh tanaman. Tanaman dimakan oleh manusia. Jadi bahan baku pembentukan tubuh.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Saat mati yang tertinggal hanya mind atau gumpalan pikiran. Mind belum bisa bersatu dengan alam semesta karena bahan bakunya terdiri dari materi duniawi. Kekuatan keterikatan terhadap dunia sebagai asal muasal bahan baku masih sangat kuat. Ia masih berbobot. Gravitasi masih bekerja terhadapnya. Sehingga tidak mampu menembus atau melewati batas galaksi. Ia tidak bisa menjauh dari bumi.

Mind yang membeku karena materi pembentuknya dari bahan dunia, tidak bisa melumer untuk menyatu dengan alam semesta. Lain halnya dengan mind milik para suci, avatar, dan nabi berbeda. Mind mereka sudah melumer dan menyatu dengan semesta. Mengapa demikian?

Sangat sederhana jawabnya. Saat hidup mereka, seluruh perhatian dan pikirannya tercurahkan untuk kepentingan orang banyak. Mereka berbagi kebahagiaan yang diperoleh melalui pencaharian ke dalam diri. Tiada sedikitpun mereka memikirkan golongan, kelompok , dan bahkan diri sendiri. Mereka bisa memahami bahwa nabi sebelumnya dengan baik. Hanya seorang nabi yang bisa mengenal nabi lainnya. Mengapa? Karena mereka tidak lagi melihat dengan mata. Mereka tidak lagi memerlukan pandangan luar.

Mereka hanya bicara bahasa getaran. Sangat berbeda dengan manusia lumrah yang masih sangat dipengaruhi oleh tampilan luar. Begitu dinyatakan bahwa semua agama benar saja, banyak orang yang berteriak bahwa itu salah. Namun demikian, pendapat mereka juga tidaklah salah. Karena bagi golongan ini masih bersandar pada tampilan luar. Masih senantiasa menganggap bahwa yang dianutnya paling baik. Bisa dimaklumi karena masih senang menonton iklan. Kecap selalu saja nomor satu. Ini juga proses pembelajaran.

Bagi sarjana yang sudah banyak membaca buku, mereka sudah banyak referensinya sehingga ketika diajak bicara dengan buku referensi yang lain bisa nyambung. Inilah bedanya dengan anak yang masih di sekolah atas. Belum banyak referensi. Suatu hal yang biasa. Mereka masih dalam proses. Tidak ada yang salah. Yang mesti memahami adalah yang memiliki banyak referensi. Diam lebih bermakna daripada menjawab. Tiada guna menjawab sesuatu yang belum pernah dipelajari.

Kembali pada mind. Tujuan manusia berada di bumi adalah untuk meluluhlantakannya. Dengan cara ini, jiwa bisa bebas kembali ke asalnya. Menyatu dengan Sang Sumber Agung. Para suci yang tidak lagi terikat pada dunia saat meninggal mind nya langsung pecah berserakan di alam semesta. Siapa saja bisa mengakses pecahan mind mereka. Yang diperlukan hanya satu. Keterbukaan terhadap alam. Merasa paling baik merupakan ciri seorang ego. Ego yang sangat kuat tidak memungkinkan untuk meng-akses pecahan atau fragment mind para suci atau nabi. Jalan satu – satunya, lepaskan keterikatan dunia. Lepaskan merasa bahwa agama yang diyakininya paling baik. Jika tidak? Ya mesti mengulang pelajaran lagi. Dengan kata lain, tidak bakal naik kelas….

Pilihan di tangan kita. Jika tidak merasa cocok dengan tulisan ini, artikel ini bukan untuk anda. Silahkan lewat daripada bingung….