Hardware tanpa Software

Mungkinkah hardware tanpa software? Sangat mungkin. Istilah hardware bisa dikenakan dengan perangkat keras. Tempat ibadah adalah perangkat atau sarana untuk ibadah. Tanpa ada manusia yang memahami makna tempat tersebut dengan benar, bisa membuat tempat tersebut bagaikan perangkat keras atau hardware tanpa isi atau perangkat lunak.

Banyak dari kita yang tampaknya berwujud manusia, tetapi bila isi atau perangkat lunaknya tidak selaras dengan sifat semesta, bagaikan baju kosong tanpa isi. Ini juga yang mungkin pernah disampaikan Syech Siti Jenar. Manusia hidup seperti mayat alias zombi. Hanya menakutkan bagi mereka berjiwa lemah.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Kisah menarik

Saya pernah tinggal di Jember tahun 1981 – 1986. Semasa itu, tembakau menjadi primadona. Saat panen tembakau, banyak petani tembakau memiliki banyak uang. Mereka bisa beli segala barang yang mereka inginkan, tidak perduli bisa dipakai sebagaimana mestinya atau tidak.

Suatu masa panen tembakau, ada cerita yang menarik. Bahkan bisa dikatakan lucu, tetapi sungguh-sungguh terjadi. Ada seorang petani pergi ke suatu toko elektronik. Ia membeli kulkas. Membeli kulkas bukan suatu yang aneh. Menjadi aneh bila di rumahnya belum ada aliran listrik. Tetapi karena tetangga di lain kampung punya, ia merasa tersaingi. Karena ia merasa punya uang lebih banyak, maka ia tidak mau kalah. Akhirnya karena tidak ada aliran listrik, maka kulkas yang Sudan dibeli digunakan sebagai almari pakaian.

Korelasi kisah

Ke dua kisah di atas bisa dikaitkan. Kulkas adalah hardware, sedangkan listrik adalah software. Tempat ibadah merupakan perangkat keras yang bila digunakan dengan tepat untuk mengolah data akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak.

Di beberapa bagian negara Europa atau bahkan Inggris atau negara lain, banyak tempt Ibadan yang losing karena tidal ada yang mengunjungi. Bahkan ada yang yang disulap menjadi bar. Kita sering membanggakan bahwa di negeri ini banyak tempat ibadah, bisa juga ada yang membantah bahwa banyak koq pengunjungnya atau yang memanfaatkan untuk ibadah.

Semestinya hasil atau bukti nyata dari ibadah adalah kedamaian atau ketenangan bagi para penggunanya. bagi negeri di tempat ia tinggal. Namun realitanya; kita sudah melihat sendiri di sekitar kita. Apakah benar hardware yang berupa tempat ibadah menghasilkan masyarakat yang hidup tenag dan damai? Atau sebaliknya?

Silakan menilai sendiri….

Benarkah kita hidup dalam masyarakat dimana hardware ada softwarenya?

Atau tanya sekedar pamer atau show off seperti si petani tembakau???