Tanpa kita sadari sesungguhnya kita amat sangat suka menyimpan penyakit….
Suatu ketika, seorang ibu datang ke saya menceritakan tentang anaknya yang amat suka main game online. Banyak efek kerugian yang menurut sang ibu telah dialami si anak. Yang jelas dan nyata, satu: Si anak dikeluarkan Unversitas negeri yang dikenal punya nama di Semarang, Undip.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Si ibu bercerita bahwa anaknya diterima kuliah di Universitas Diponegoro (Undip). Namun karena hobinya, pada akhirnya si anak dikeluarkan dari Universitas tersebut. Dan saat si ibu datang ke saya, akhirnya si ibu memindahkan anaknya sekolah di tempat saya mengajar. Tujuannya adalah agar dapat mengawasi kelakuan anaknya secara langsung. Perguruan tinggi swasta yang tidak begitu dikenal, mungkin dikenal di bagian wilayah Jakarta Timur saja. Bayangkan dari suatu perguruan tinggi negeri terkenal ke perguruan tinggi swasta karena main game online.
Namun demikian, tampaknya si anak benar-benar tidak sadar untuk sembuh dari penyakitnya. Ia tidak juga sadar bahwa yang digemarinya telah membuang salah satu peluang untuk mendapatkan pekerjaan lebih mudah di masa yang akan datang. Memang kita semua boleh saja berkata bahwa semua ketentuan yang di atas. Inilah pembenaran atas kemalasan….
Dan kondisi ini terjadi dengan kita, tidak sadar bahwa kita menyimpan penyakit. Mungkin karena telah lama, jadi dianggap biasa. Hal yang hampir sama terjadi pada orang yang miskin. Banyak minta perhatian, dan lucunya kadang bangga memamerkan kemiskinannya.
Banyak hal yang sesungguhnya kita tahu bahwa kesenangan inderawi menjadi penghalang untuk melanjutkan evolusi kesadaran. Namun, jika suatu ketika ada seseorang mengajak untuk menapak di jalan menuju ke Ilahian dalam diri, dengan berbagai alasan kita menolaknya. Ada yang beralasan bahwa tempat latihan jauh. Ada yang beralasan bahwa jika Tuhan menghendakinya. Ada yang beralasan , belum waktunya karena masih banyak urusan yang harus diselesaikan.
Kita semua lupa bahwa tujuan kelahiran di bumi bukanlah untuk memburu kesenangan inderawi. Kita sengaja atau tidak sengaja telah membudakkan diri terhadap keinginan nafsu indrawi. Dan parahnya penyakit ini sudah jadi kebiasaan sehingga dianggap bukan lagi penyakit.
Bayangkan, ketika kita menjawab bahwa menapak di jalan menuju Keilahian dalam diri masih menunggu jika Tuhan menghendaki. Kita sesungguhnya lupa bahwa siapakah orang yang mengajak kita? Kita lupa bahwa Dia Yang Maha mewujud. Karena saat itu mata kita terbutakan oleh kemalasan diri sehingga kita menulikan telinga dan membutakan mata hati karena kemalasan diri. Kita lupa bahwa yang mengajak kita adalah Dia yang ada dalam diri orang tersebut. Bukan kah ajakan tersebut ajakan menuju kemuliaan jiwa?
Inilah penyakit kita semua. Lupa atau sengaja melupakan diri akibat tertutup oleh debu ketidak sadaran diri….
Sama seperti si anak dalam sepenggal cerita di atas. Ketika si ibu mengajaknya untuk berobat agar penyakitnya sembuh, si anak menolak. Karena si anak tidak sadar bahwa akibat kelalaiannya telah semakin menjauhkan diri dari peluang yang lebih terbuka jika masih lulus dari perguruan negeri terkenal separti Undip.
Ajakan Sang Maha Murni bagaikan ajakan si ibu terhadap anaknya. Karena si ibu telah lebih berpengalaman. Seorang Guru Sejati pun demikian. Dia selalu datang ketika kita sudah saatnya untuk berpindah dari jalur duniawi ke jalur non duniawi. Seorang guru sejati tahu mana yang terbaik bagi perkembangan evlousi jiwa atau bathin. Tetapi kita selalu saja beralasan: ‘Jika Tuhan menghendaki….”
Kita lupa bahwa dalam berbagai kitab yang ditinggalkan oleh para suci atau avatar (saya tidak mau menggunakan istilah nabi, karena dapat dipastikan akan di klaim oleh sebagian besar orang) dituliskan bahwa: ‘Suatu bangsa tidak akan berubah jika bangsa itu tidak mau mengubahnya sendiri.’ dan ‘Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.’
Apakah peringatan ini masih juga belum membuat kita sadar bahwa tidak satu pun orang bisa sembuh dari penyakit yang kita derita jika bukan kita sendiri yang berupaya untuk sembuh?
Inilah hobi kita:
SENANG MENYIMPAN PENYAKIT………..