Jadilah Manusia
Jadilah Manusia, ‘Manur Bhava’, itulah ungkapan kata dalam kitab kuno Rigveda. Dan menjadi manusia berarti mengembangkan kemanusiaan dalam diri insan. Inilah tujuan utama pendidikan. Selama ini kita menyerahkan pendidikan di tangan para orang pintar, tetapi yang lahir dari hasil pendidikan belumlah menjadi manusia yang utuh.
Pencipta lagu Indonesia Raya, WR Supratman telah menuliskan pesannya dalam lirik lagu Indonesia Raya yang kita nyanyikan dalam setiap upacara bendera atau pertemuan kebangsaan, namun kita lupa menjadikan landasan dalam pembangunan karakter bangsa. “Bangunlah jiwanya, bangunlah raganya” Jiwa bermakna kemanusiaan. Kemanusiaan berarti membangunkan sifat mulia, sifat Ilahi.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Nilai pendidikan
Dalam mengembangkan pendidikan, hal dasar yang sering terlupakan adalah pembangunan karakter. Karakter bukanlah kepintaran. Kepintaran adalah kepandaian manusia yang juga berarti pengembangan dari sisi intelektual. Kita lupa bahwa kepintaran manusia sangat amat mungkin menciptakan manusia yang licik. Manusia yang pandai mencari kata untuk menutupi keserakahannya sendiri.
Saat ini menjelang pemilihan presiden. Presiden merupakan pimpinan tertinggi di negara kita. Ia seorang nakhoda kapal yang bernama Repulik Indonesia, tetapi sayangnya belum ada yang memiliki kemanusiaan. Mereka lupa istilah bahwa tujuan utama pendidikan; ‘Jadilah Manusia’
Nilai-nilai pendidikan yang mesti dikembangkan adalah berlandaskan sifat-sifat mulia. Sebagai contoh: Seorang guru dalam mengajarkan matematika sering menggunakan istilah ‘mencuri’. Misalnya ada pertanyaan: ‘Seorang peternak memiliki sapi 10. 7 diantaranya dicuri, berate sisa sapi miliknya?’
Perhatikan kata ‘dicuri’, mengapa bukan dengan istilah ‘dibagikan’?
Tanpa sadar kita menanamkan istilah yang kurang tepat. Mencuri memberikan konotasi rekaman negatif dalam pikiran anak. Dan kita harus ingat bahwa pikiran adalah energi yang tidak hilang. Kata berbagi membuat seseorang memiliki rasa empati. Empati adalah sifat mulia, memberikan perhatian kepada sesama manusia yang mungkin lebih kurang beruntung.
Marilah kita simak dengan seksama video singkat di bawah ini agar kita bisa lebih memahami tujuan utama pendidikan:
Kualitas Pemimpin
Seorang pemimpin seharusnya seseorang yang intelejensianya berkembang, bukan intelektualnya. Banyaknya gelar tidak menjamin tumbuhkembangnya kebijaksanaan. Mereka yang pintar belum tentu memiliki empati. keunggulan Intelejensia lebih utama untuk menunjang sistem pendidikan yang berbasiskan pola pikir: ‘Jadilah Manusia’ dalam dunia pendidikan.
Bila yang berkembang adalah intelejensia, maka pemimpin tersebut akan lebih mengutamakan kepentingan bagi kesejahteraan umum. Bukan atas dasar pengutamaan kepentingan individu, atau kelompok. Rasa empati tidak akan mengedepankan bahwa keyakinanku lebih baik dari keyakinanmu.