Saat kita hanya melihat satu frame kehidupan, kita akan merasakan sesuatu ketidakadilan. Namun jika kita bisa memahami bahwa sesungguhnya kehidupan seseorang yang saat ini merupakan satu rangkaian dari beberapa frame kehidupan yang sudah dijalani di waktu sebelum saat ini, kita akan bisa memahami mengapa hal ini terjadi.

Saya mengikuti kisah Abad Kejayaan, kejayaan kesultanan Ottoman. Dalam kisah tersebut diakhiri kemenangan oleh seorang pangeran yang menurut penilaian banyak orang seorang yang licik. Sedangkan ada beberapa pangeran lain yang menurut pengamatan sesungguhnya lebih layak mewarisi tahta. Hal ini didukung karena sifatnya yang lebih baik dan jujur.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Dalam satu frame kisah tersebut, kejayaan kesultanan Ottoman, ia adalah seorang yang licik dan banyak mendzolimi orang demi kekuasaan. Sedangkan orang-orang yang menurut pandangan kita baik dan bijak pada frame kisah tersebut dibunuh. Jika kita hanya melihat frame kisah satu periode kehidupan kerajaan Ottoman, kita akan mengutuk Tuhan. Bagaimana tho Tuhan ini, orang-orang yang baik malahan mati dibunuh dan mengalami kekalahan. Sedangkan, seorang yang dalam satu frame kisah kerajaan Ottoman dianggap licik dan penuh tipu muslihat memperoleh kerajaan. Ia yang pada akhirnya menggantikan Baginda Suleman.

Namun, bukankah keseluruhan rangkaian frame kehidupan terdiri dari frame kehidupan sebelumnya dan sebelumnya. Satu kali kehidupan hanya satu file. Ini yang saya sebut satu frame. Jika kita hanya melihat satu frame, kita akan terjebak menghakimi seseorang pada kehidupan saat itu. Sama saja ketika seorang buta memegang bagian dari gajah. Ketika ditanya bentuk gajah seperti apa, ia akan menjawab sebagaimana bentuk yang dipegangnya. Seperti itulah pandangan kita. Inilah jebakan pandangan dari seseorang yang buta dari pola keutuhan seluruh rangkaian frame kehidupan.

Kehidupan kita saat ini adalah sebuah bentuk akibat dari sebab yang kita ciptakan sebelumnya. So, hidup ini berlandaskan sebab akibat. Keberadaan kita di dunia saat ini sebagai akibat sebab masa lalu. Dan pada saat yang sama, kita juga sedang menciptakan akibat pada waktu yang akan datang. Inilah keunikannya. Akibat masa lalu, sekaligus menjadi sebab untuk akibat masa akan datang. Jika mau menghasilkan akibat masa datang yang enak dan nyaman, hiduplah secara baik-baik. Demikian pula, jika saat ini kita mengalami penderitaan, bukanlah karena cobaan atau ujian dari Sang maha Hidup, tetapi karena ulah kita masa lalu. Saat kita menyadari hal ini, kita bisa menjalani kehidupan dengan hati terbuka. Kita siap membuka diri terhadap segala kemungkinan dan menerima setiap keadaan…

Mari kita renungkan…

Kita sering melihat ada seorang koruptor yang selamat dari bidikan KPK. Ia dengan senang menikmati uang hasil korupsi. Jika kita hanya melihat satu frame kehidupan ini, kita akan mengutuk. Tuhan tidak adil. Orang seperti ini koq dapat hidup enak. Sudah jahat dan pelit, eh diberi Tuhan rejeki banyak untuk korup. Tetapi, pernahkah kita merenungkan bahwa ini mungkin saja orang ini melakukan kebajikan pada kehidupan sebelumnya sehingga mendapatkan balasan hidup enak saat ini?

Orang yang tampaknya jujur dan baik pada frame kehidupan saat ini namun mengalami kesengsaraan serta ketidakadilan, mungkin saja ia melakukan keburukan di masa lalu. Siapa yang tahu kecuali alam…

Alam begitu rapi kerjanya. Absolutely tidak salah dalam hal menerapkan hukum sebab akibat. Dengan kita meyakini bahwa alam bekerja sesuai prinsip keadilan, maka kita bisa menikmati kehidupan ini sebagaimana adanya. Tidak perlu mengutuk atau bersumpah serapah yang pada akhirnya justru merugikan diri kita sendiri………….