Selama ini pemahaman saya bahwa jiwa berevolusi ternyata kurang tepat, bahkan mungkin salah. Jiwa tidak pernah lahir dan tidak pernah mati. Kapan mulai adanya jiwa juga tidak ada yang tahu. Akan berakhir kapan pun juga tidak ada yang tahu. Kita yang bertubuh kasar dan halus berada dalam Sang Maha Jiwa yang bagaikan ruang. Tanpa ruang, tiada tempat untuk bermain bagi tubuh. Sehingga yang mengalami evolusi adalah roh.

Roh terdiri dari mind, yang sesungguhnya terdiri dari gugusan pikiran. Pikiran hanya satu kali terlintas. Tetapi, pikiran bisa beranak pinak sehingga menjadi satu gugusan. Misalnya, ketika melihat wanita cantik. Pikiran hanya berkata, ‘Ah betapa cantik wanita itu!!!’ Yang parah ketika kemudian pikiran tersebut beranak pinak; dimana rumahnya, sudah punya pacar/suami belum, berapa nomor teleponnya, dan sebagainya sehingga bercucu-cicit. Inilah yang disebut gugusan pikiran; repotnya akan banyak masalah terjadi pada rentetan pikiran awal.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Setelah keluarga dengan wanita tersebut, misalnya, ada yang namanya anak, istri minta ini dan itu. Mind tentang wanita yang sudah jadi istri kemudian memiliki anak ini menciptakan keterikatan. Mind dan emosi disebut sebagai roh. Roh yang masih begitu terikat pada tubuh disebut tubuh halus. bila roh dengan identitas saat bertubuh memiliki emosi terhadap seseorang, baik benci, marah atau pun cinta, bisa bergentayangan sepanjang masa. Sesungguhnya, roh atau tubuh halus ini tidak terjebak dalam lapisan dunia yang diciptakan oleh apa yang disebut manuasi sebagai Tuhan. Ia terjebak oleh ulah mindset nya sendiri.

Setiap manusia memiliki mindset, mind atau gugusan pikiran yang di-set nya sendiri. Keterikatan emosi inilah yang menjebak si roh sehingga tidak mengalami transformasi. Secara alami, atau hukum alamnya, si roh harusnya mengalami atau bertransformasi sesuai mekanisme alam menuju ke sampurnaan. Dengan kata lain si roh ini mengupas dirinya sendiri. Yang saya maksudkan ‘mengupas’ adalah melepaskan identitas diri. Ibaratnya lapisan bawang. Setiap lapisan kulit bawang bagaikan satu identitas saat bertubuh fisik dengan nama serta peran tertentu.

Jika lapis demi lapis dikupas, yang kita peroleh pada hasil akhir adalah kekosongan. ya-itulah sejati diri setiap insan; Kekosongan. Itulah wujud dari jiwa yang tidak berwujud. So, jika ada yang bertanya: ‘Bagaimana wujud atau bentuk Sang Jiwa?’ Jawabnya jelas: ‘Bentuk atau wujudnya adalah tidak berwujud atau berbentuk.’ Bukankah tidak berwujud itu juga wujudnya?

Jadi sesungguhnya si roh itulah yang mengalami trnasformasi.  Mind atau gugusan pikiran melakukan transformasi atas dirinya dengan melakukan ‘pengupasan’ diri sendiri sehingga akhirnya sadar bahwa kesejatian DIRI adalah ketiadaan atau kekosongan. Itulah Sang Maha Ruang…..

Catatan: Yang saya tuliskan adalah renungan saya. Jika ada pembaca memiliki pemahaman yang berbeda, itu juga sah. Bukankah yang disebutkan sebagai kebenaran memiliki banyak sisi? Itulah kebenaran mutlak. Kebenaran banyak sisi……