Kebahagiaan Yang Sesungguhnya : Tidak Bersifat Sementara Tidak Juga Perlu Menghina/Menyakiti Sesama Makhlu
Kebahagiaan Yang Sesungguhnya terinpirasi dari kutipan buku Fear Management & The Art of Being Happy by Anand Krishna:
Menurut Sang Budha Sidharta Gautama:
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
“Happines comes when your work and words are of benefit to yourself and others.”
‘Kebahagiaan diraih ketika perbuatan dan ucapan Anda membawa berkah bagi Anda sendiri dan orang lain.’
Berdasarkan definisi kebahagiaan tersebut di atas, ternyata ketika kita mendapatkan jodoh dan harta, ataupun benda dunia lainnya di bumi ini, bukanlah kebahagiaan. Yang kita peroleh saat kita memperoleh benda atau wanita idaman kita sekedar kelegaan karena terpenuhinya keinginan. Sifatnya hanya sesaat dan amat sementara. Karena rasa lega tersebut masih bersifat emosi. Emosi berasal dari kata ‘energy in motion’
Sedangkan yang dimaksudkan oleh Sang Budha adalah kebahagiaan yang tidak pasang surut. Ya, hanya dengan berbagi perasaan kita bisa bahagia. Karena ketika kita bisa mendapatkan sesuatu, bisa saja ada pihak lain merasa irihati atau sakit hati. Sangat beda bila kita perbuatan dan kata membuat orang lain senang. Mereka yang menerima tentu mengucapkan terima kasih atau syukur kepada Tuhan. Dengan kata lain, kita membuatnya ingat kepada Sang Pencipta.
Ketika rasa bahagia bisa membuat orang lain juga senang atau bahagia, ternyata tingkat energi kita tinggi. Disamping itu ada hormon kebahagiaan yang membuat diri kita lebih sehat.
Dari beberapa hasil penelitian tentang kebahagiaan, terbukti bahwa mereka yang memiliki kesukaan atau senang membuat orang lain sedih memiliki kualitas tingkat energi rendah sekali. Banyak sekali kejadian sekitar kita yang melakukannya hal sepert ini, terutama saat kita berinteraksi dengan ‘MedSos’ atau saya menyebutkan sebagai ‘MADSOS’…….
Tanpa sadar kualitas tingkat energi kita tertarik ke bawah. Bila kita tidak waspada, pertama sakit adalah mental, kemudian berlanjut ke fisik. Betapa ruginya meruginya diri kita. Bukan’kah ini sesuai dengan pesan yang dituliskan dalam satu kitab peninggalan nabi: ‘Bahwa kita hidup daam MERUGI.’
Saat kita merendahkan atau menghina orang lain, sesungguhnya kita telah mengakui keunggulannya. Kerugian paling besar dalam diri kita adalah bahwa kita telah menutup atau membatasi tingkat kualitas pertumbuhan energi kita. Betul-betul sangat merugikan diri sendiri. Bahkan kita sama sekali tidak lagi memiliki energi untuk berkembang lebih tinggi dan mulia.
Dengan merendahkan orang lain, kita sudah kalah, karena kita tidak memiliki kemampuan untuk meningkat ke level lebih tinggi lagi karena energi kita tersedot untuk merendahkan orang lain. Betapa kita telah merugikan diri sendiri….
Mengapa kita berulangkali melakukannya?
Ini pengaruh dari pergaulan dan lingkungan yang sangat berkaitan dengan hukum tarik menarik atau The Law of Attraction (LoA). Buruk menarik buruk, rendah kumpul dengan kualitas rendah. Inikah yang kita inginkan?
Sungguh berbahaya bagi mereka yang ingin meningkatkan kualitas energi yang lebih baik sebagaimana para suci, nabi atau suffi. Karena mereka sama sekali tidak memiliki kualitas pikiran untuk merendahkan orang lain.
Janganlah menghina diri sendiri dengan mengatakan bahwa kita ‘manusia biasa’. Kita lupa bahwa kita semua adalah manifestasi-Nya juga. Sama sekali tidak beda. Hanyalah KEMALASAN kita untuk berjuang yang kita selalu banggakan. Tidak satupun manusia lebih unggul dari orang lain, kecuali bila dan bila kita tidak meyakini kebesaran-Nya serta kemurahan-Nya….