Suatu ilustrasi menarik:
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Seorang lelaki melihat anak jatuh de suatu danau dan akan tenggelam jika tidak segera ditolong. Karena si anak tidak bisa berenang. Si lelaki tanpa pikir panjang segera mencebur dan berenang menolong anak tersebut ke luar dari danau.
Tidak jauh dari danau bertengger seekor monyet. Si monyet berpikir bahwa ini juga saya bisa lakukan. Segera ia pergi ke danau yang sama dan melihat ikan-ikan berkeliaran. Ia pikir, mereka juga butuh pertolongan. Dan dengan sigap ia mengeluarkan ikan tersebut dari air danau. Kemudian dengan mudah kita tebak yang terjadi kemudian. Ikan menggelepar dan akhirnya mati, karena dipisahkan dari habitatnya.
Ilustrasi ini pas dengan yang sering kita lakukan di lingkungan dan bahkan keluarga sendiri. Secara sadar kita memberikan atau mewajibkan sesuatu kepada anak kita. Misalnya, memberikan kerudung kepada anak kita. Tentu saja dengan terpaksa si anak akan mengikuti kemauan kita. Kita akan memberikan alasan dengan berbagai dalih yang muluk-muluk yang kadang usia si anak belum bisa mencerna ucapan kita. Karena keterbatasan pengetahuan. Dalam hal ini kita merasa bahwa anak memahami yang kita sampaikan.
Dengan patuh atau karena takut, si anak menuruti kemauan kita. Kita merasa lega dan puas. Kita anggap bahwa telah menempatkan si anak pada keadaan paling mulia. tTpi sadarkah kita bahwa pada saat si anak bergaul dengan teman-temannya yang lain? Secara spesifik pasti ada perbedaan pakaian. Hal ini saja sudah membuat si anak merasa lebih baik dari yang lain. Karena ke dua orang tuanya memberikan masukan sesuai dengan pemahamannya yang terbatas. Sebatas kata si A, B, dan lain-lain. Pengkotakan pikiran bahwa dengan mengenakan pakaian berbeda, ia merasa lebih baik dari lainnya. Kemudian secara tidak disadari ia akan memilih bergaul dengan yang berpakaian sejenis. Terjadilah kotak-kotak dalam pergaulan. Tentu hal ini membuat pergaulan menjadi kurang sehat. Ini baru ditinjau dari sisi pola pergaulan. Dari pertumbuhan sisi kejiwaan sudah mulai membedakan si A ini sama dengan saya. Si B tidak sama, dan ia memilih dengan siapa hanya bergaul.
Dari segi kesehatan. Seorang anak memerlukan pertumbuhan yang normal agar ia tumbuh sehat dan normal. Dengan menutupi kepalanya, pertumbuhan dan nafas si rambut terganggu. Sesungguhnyalah seluruh pori-pori kita bernafas. Jika kita kaitkan dengan kelembaban pasti ada beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karenanya pertumbuhan jasmani seorang anak mesti mendapatkan perhatian seutuhnya. Bukan hanya karena mengikuti kata orang atau gengsi, pertumbuhan jiwa dan raga anak terganggu. Tiada seorangpun dapat memastikan bahwa dengan cara berpakaian tertentu dapat menjamin masuk atau tidaknya seorang ke surga. Jangan hanya karena sesuatu yang tidak seorangpun menjamin, kebebasan seorang anak terabaikan. Bukankah baju hanya dikenal di dunia? Baju atau cara berpakaian adalah tradisi budaya, sulit jika dikaitkan dengan suci atau tidaknya seseorang. Berikanlah kebebasan seorang sepenuhnya. Tidak memberikan kebebasan berarti jiwa anak terpenjara.
Demikian juga dalam hal pendidikan. Bebaskan anak memilih sesuai sesuai dengan potensinya. Janganlah mengarahkan seorang ke suatu jenjang pendidikan hanya karena sebagai penerus kita. Sering sekali hanya karena siorang tua tidak mampu melanjutkan keinginannya sendiri, maka si anak harus dijadikan sesuai dengan obsesi yang tidak terpenuhi. Inilah yang dinamakan pembunuhan potensi anak…