Pada sampul buku belakang Soul Awareness yang dituliskan oleh Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com tercantum:
Tahukah Anda bahwa ada kekuatan yang mahadahsyat di dalam diri anda? Kekuatan itu lebih dahsyat daripada kekuatana fisik, psikis, dan kekuatan pikiran serta perasaan (mind) sekalipun – yang sejak awal abad ke 20 digembar-gemborkan oleh para motivator Barat.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Kekuatan itu adalah kekuatan yang muncul dari Kesadaran Jiwa, Soul Awareness. Tanpa menyadari diri sebagai Jiwa sudah cukup untuk memunculkan kekuatan ini.
Kekuatan ini selanjutnya akan mewarnai seluruh hidup kita. Orientasi kita pun berubah dari kesadaran materi yang bersifat rendah dan tidak pernah membahagiakan menjadi kesadaran rohani yang dengan mudah mengantar kita pada alam Kebahagiaan Sejati, Murni, Ananda…..
Selama ini, kita hanya mengenal bahwa yang disebut orang sakti atau hebat adalah orang yang bisa terbang, kebal, bisa hidup dalam air, bisa membaca pikiran orang lain, dan sebagainya yang pokoknya ‘wah’. Ini semuanya kekuatan fisik atau psikis. Bisa juga kita melihat seseorang bisa menggerakkan benda kasar hanya dengan cara pandangan. Inilah kekuatan pikiran atau psikis.
Semua kekuatan yang berlandaskan pada fisik, psikis atau mind tidak akan membawa manusia ke alam selain alam benda atau materi. Ibarat seseorang yang menekan pedal gas mobil karena ingin mendahului mobil lainnya. Secepat apa pun mobil kita lari, kita masih berada di jalan tol. Tidak akan kemana-mana. Demikian pula dengan kekuatan yang hanya bisa dipamerkan pada orang lain sesungguhnya tetap akan menjebak kita berada di alam benda/materi yang semuanya berhubungan dengan bumi.
Semua kekuatan fisik, psikis serta mind menjadikan seseorang ingin menjajah atau menguasai orang lain. Jelas sifat atau kecenderungan ini menjadikan seseorang semakin terikat di bumi. Dapat dipastikan bahwa pola pikir seperti ini menjadikan seseorang tidak sadar akan jati diri sejati. Semua kekuatan yang dipamerkan pada orang lain jelas tidak akan mebawa kebahagiaan. Di atas segalanya kekuatan fisik semakin membuat orang menderita.
Beda dengan kekuatan yang muncul dari Kesadaran Jiwa. Kekuatan ini mampu mengatasi segala rintangan dalam kehidupan ini. Ketika seseorang memiliki kekuatan jiwa, sebagai contoh Ibu Theresa, Mahatma Gandhi, Martin Luther King Jr, Nelson Mandela, Svami Vivekananda, dan para nabi serta avatar. Mereka akan dikenang sebagai pejuang kemanusiaan. Khalayak ramai akan mengenang mereka sebagai pahlawan sejati. Mereka berjuang dengan cara melayani sesama. Inilah sifat alam, maha pemberi.
Sejatinya bahwa DIRI manusia adalah Jiwa yang tidak terpisahkan dari Sang Maha Jiwa. Dengan senantiasa mengingat akan Kesadaran ini, kita akan selalu berpaling ke dalam diri serta melihat bahwa hidup adalah melayani. Hidup adalah berbagi agar sesama juga hidup. Istilah dari budaya Jawa yang sericngkali saya kutip: ‘Urip iku urup‘ Seseorang bisa dikatakan hidup bila mampu membuat sesamanya juga menjadi hidup. Ketika seseorang hanya bisa mematikan atau menindas orang lain atau sesama makhluk hide, ia velum bidup seutuhnya sebagai manusia. Ia belum memiliki Kesadarn Jiwa. Ia belum beranjak dari sifat hewan. Hanya hewan yang hidup dengan cara menindas atau menguasai orang lain.
Kekuatan melayani serta mengayomi sesama muncul dari kekuatan tak terbatas Kesadaran Jiwa. Ketika seseorang bisa tersenyum saat orang tau mahluk hidup lainnya bahagia, ia hidup berlandaskan Kesadaran Jiwa. Dengan sendirinya ia akan menggapai Kebahagiaan Sejati, murni, Ananda……
Bukankah tujuan semua orang satu dan sama, Kebahagiaan Sejati. Kebahagiaan yang membebaskan orang serta diri sendiri. Nilai Kebebasan bukan karens bisa berbuat semaunya. Ketika seseorang bisa senantiasa dalam Kesadaran Jiwa, ia berada di alam kebebasan. Bebas dari penderitaan, itulah manifestasi kebahagiaan sejati. Tubuh boleh terikat, tetapi jiwa terikat pada alam pikiran yang sangat terikat dengan bendawi, ia belum mencapai alam kebebasan sejati.
Keindahan alam bisa terwujud bila seseorang memiliki kebebasan untuk bisa melayani sesama. Tampaknya ia ‘diperbudak’, tetapi ia melakukannya dengan sadar. Sadar bahwa hanya ketika ia tunduk dalam aturan permainan tubuh, ia bisa menjadikan keindahan di alam ini.