Kesempurnaan Diri
Kesempurnaan Diri bukanlah sebagaimana kita bayangkan. Dari buku: Kebijakan Bhagavad Gita bagi Generasi Y by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com:
Tidak mengharapkan kesempurnaan dari orang lain, dari hubungan kita dengan atasan, bawahan, keluarga, atau siapa saja. Tidak. Tetapi, mengupayakan kesempurnaan diri.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Selama ini, kita membayangkan bahwa kesempurnaan diri adalah bila masyarakat sekeliling kita tidak komplain terhadap yang kita perbuat. Anggapan kita bahwa kesempurnaan akan terjadi bila tidak ada tuntutan ini dan itu terhadap kita. Kita lupa bahwa tuntutan dari masyarakat berasal dari pikiran yang tidak sampurna. Pikiran yang masih didasarkan pada kesadaran tampilan luar. Ya hanya pada kesempurnaan menurut ukuran mereka. Padahal, kita tahu bahwa yang namanya kesempurnaan tidak bisa muncul dari sesuatu yang tidak sempurna.
Segala tuntutan dari masyarakat tenta didasarkan pada ukuran sesuai standar diri mereka. Bila mereka juga tidak bisa dikatakan sempurna, bagaimana mungkin hasilnya juga bisa sempurna? Karena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda. Memiliki cara pandang yang berbeda. Jadi tidak ada satupun yang sempurna di atas bumi ini.
Will bukanlah Desire
Suatu ketika Master saya memberikan wejangan; ‘Will berbeda dengan Desire. Will adalah kesiapan diri untuk berupaya, dan tidak menunggu waktu lagi untuk berpikir. Sedangkan ‘desire‘ atau keinginan masih sebatas keinginan. Dengan kata lain, belum melakukan upaya; masih keinginan.
Dalai buku yang sama dituliskan:
Kita tidak bisa mengendalikan orang lain, pun tidak dapat mengendalikan kondisi di luar. Tetapi, kita bisa mengendalikan diri. Sebab itu, kita juga bisa mengubah diri, mengatur diri, dan mengupayakan kesempurnaan diri.
Ya, selama ini kita anggap bisa mengendalikan kondisi sekitar kita. Kita ingat cita-cita Hitler. Ia berusaha menguasai dunia. Menurut pikirannya, bila ia bisa mengusai dunia, ia akan bisa menciptakan kedamaian dunia. Yang terjadi sebaliknya. Kekacauan. Karena keinginan untuk menciptakan kedamaian berasal dari nafsu. Keinginan merupakan manifestasi dari nafsu. Ini dari pikiran yang belum teruendali, intelektual. Pikiran yang belum bertransformasi menjadi intelejensia atau Buddhi.
Kedamaian bisa terwujud bila dan bila setiapa orang mampu mengendalikan diri. Dan saat itu kedamaian merupakan suatu kejadian. Bukan lagi keinginan tetapi merupakan keadaan. Keadaan yang terjadi akibat setiap orang mama mengubah intelektual menjadi Buddhi.
Keadaan saat inipun terjadi karena setiap orang morass bisa mengubah dunia bila sesuai dengan keinginannya. Ia, sekali lagi lupa bahwa dirinya sendiri belum dapat mengendalikan. Maka tidak mengherankan bila yang terjadi adalah keadaan yang semakin kacau.
Upaya Kesempurnaan Diri
Menuju kesempurnaan adalah suatu upaya pembenahan diri. Dalam buku yang sama:
Langkah berikutnya: Kenali diri Anda. Ketahuilah kekurangan, kelemahan, dan semua kegagalan diri selama ini. Setelah itu berupayalah sekuat tenaga untuk mengatasi semuanya. Alhasil: Kesempurnaan.
Kesempurnaan berarti ada kekurangan dan kelemahan. Kedua hal ini sebagai penyebab kegagalan terjadi. So, terwujudnya kesempurnaan adalah bila kita berhasil mengatasi kekurangan serta kelemahan pada diri kita. Diri yang sejati sempurna adanya. Hanya pikiran manusia yang penuh kekurangan serta kelemahan. Penghilangan ego adalah jalan menuju Kesempurnaan Diri. Ini upaya seumur hidup. Tidak ada yang akan tahu, kapan akan terwujud.
Yang bisa kita lakukan dalam kehidupan saat ini adalah mengenali kekurangan serta kelemahan dan berupaya terus menerus memperbaiki. Tiada titik henti….
Buku yang Indah sebagai bekal menempuh perjalanan panjang di alam dunia ini: