Kita mesti memahami alasan suatu kitab didefinisikan sebagai kitab suci. Karena selama ini kita hanya mengenal dari kata orang bahwa kitab dari suatu agama disebut kitab suci. Tetapi pernahkah kita benar memahami hubungan antara kitab suci dan evolusi bathin.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Sebelum itu, kita mesti memahami tujuan keberadaan kita di bumi. Para suci dan nabi tidak sedikitpun pernah mengajak kita untuk mencintai dunia. Mereka selalu saja mengajak kita untuk melepaskan keterikatan terhadap dunia. Dunia hanyalah sebagai persinggahan sementara. Dan kebanyakan dari kita pun memahami hal ini.

Kita semua sadar bahwa kita akan mati. Semua benda ditinggalkan dan sang jiwa yang akan hidup di surga. Jadi pendek kata, tujuan kelahiran manusia berbuat baik agar mendapatkan imbalan surga. Syarat utama untuk mendapatkan kunci surga adalah suci. Itulah sebabnya kitab yang berisi pesan nabi disebut kitab suci.

Isi kitab tersebut memuat cara untuk mencapai kesucian jiwa atau batin. So, bukan bendanya yang suci, tetapi isi kitab tentang bagaimana menggapai kesucian diri. Tidak ada gunanya memuja benda yang disebut kitab suci tanpa mengamalkan laku yang ada dalam kitab tersebut.

Selama ini kita berteriak pada orang lain bahwa mereka penyembah berhala yang disebut patung. Tetapi, pernahkah kita menyadari bahwa sering kali sebagian besar melakukan hal yang sama? Menyembah berhala yang disebut kitab suci. Kita membela mati – matian ketika ada orang yang membakar kitab suci kita. Bahkan ada yang tega melakukan penganiayaan atau membunuh karena membela kitab sucinya.

Sadarkah kita bahwa kitab suci tersebut bisa dicetak banyak sekali. Tetapi nyawa manusia, bisakah kita mencetaknya? Bukankah kita sudah berpikiran tidak waras, tega membunuh atau menganiaya ciptaan Tuhan yang kita sembah hanya karena membela benda yang bisa kita cetak dengan mudah.

Kitab suci menjadi kitab sebagaimana yang dimaksudkan oleh para nabi jika bisa menjadikan jiwa atau batin manusia suci. Banyak kitab atau buku yang dituliskan oleh banyak orang tetapi tidak mengandung cara untuk mencapai kesucian jiwa. Di sinilah bedanya. Kitab sebagai bacaan biasa atau sebagai penuntun untuk menuju kesucian.

Mungkin ada yang bertanya, apa yang dimaksud dengan suci? Sebagaimana Visi Baginda Rasulullah SAW: Rahmattan lil alamin. Berkah bagi sekalian alam. Pendek kalimat ini, namun mengandung ribuan atau bahkan jutaan makna. Sangat luas untuk mengartikan berkah bagi sekalian alam. Ini alasan bahwa Baginda Rasulullah SAW sebagai nabi penutup. Visi beliau mencakup semua yang pernah disampaikan nabi sebelumnya. Berbahagialah yang meyakininya.

Bagi saya pemahaman visi adalah bahwa pikiran, ucapan, dan perbuatan mesti selaras dengan sifat alam. Berbagi kebajikan sehingga memberikan manfaat bagi lingkungan serta sesama manusia. Dalam kitab suci banyak sekali kalimat petunjuk mensucikan jiwa.

Yang paling mudah diingat dan difahami adalah: ‘Janganlah menyakiti orang lain jika diri kita tidak mau disakiti’. Sangat pendek, tetapi untuk melakoninya butuh perjuangan berat. Lakukan lah sebagaimana kita ingin diperlakukan.

Hal lain lagi juga senada: ‘Buatlah kehadiran kita sebagai penenteram dalam kelompok tersebut’. Artinya bahwa keberadaan kita tidak saja suasana sekitar keruh, namun justru meningkatkan kedamaian. Jika kehadiran kita membuat orang tamba takut atau khawatir atau cemas, bahkan ketakutan berarti kita belum mengamalkan yang ada dalam kitab suci. Kita sendiri yang menjadikan kitab tersebut tidak suci. Selama ini kita hanya bisa menyembah benda. Kita telah menghianati pesan suci Baginda Rasulullah SAW dengan tidak melakoni pesan yang ada dalam kitab peninggalan beliau.

Yang aneh adalah: kita selalu menyuarakan isi kitab yang bertentangan dengan Visi Baginda Rasulullah SAW. Kita hanya senang jika isi kitab tersebut bisa membuat orang lain merasa ketakutan dan cemas dengan tindakan kita. Kita jauh dari menjalankan Visi Baginda Rasulullah SAW. Where are we now???? Is it still on the right track???