Saat kita mengomentari sesuatu, secara tidak sadar kita sedang mengungkapkan jati diri kita. Perhatikan saja komentar seseorang terhadap suatu tulisan. Jika komentarnya bernada negatif, itulah cerminan diri kita. Secara tidak sadar sesungguhnya ungkapan yang reaktif seperti ini menunjukkan tingkat emosi kita.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Misalnya, kita membaca suatu artikel yeng mengingatkan kemanusiaan dalam diri kita, kemudian ada yang berkomentar”….iblis juga begitu.” Dari komentar pendek ini sesungguhnya kita sudah bisa membaca, bagaimana kejiwaan orang yang berkomentar. Ia selalu menyangkal pendapat orang yang mengajaknya bersyukur. Ia sangat tidak senang jika ada yang menyampaikan untuk bersyukur. Inilah penyakit jiwa yang pada umumnya kita idap.
Pikiran negatif yang ada dalam diri kita membuktikan begitu banyak sampah yang tertimbun. Mengapa??
Saya ingat sekali yang disampaikan oleh Rabiah Aldawiyah seorang sufi wanita. Suatu ketika, sahabtanya bertanya, mengapa kau tidak bisa membenci setan Rabiyah? Rabiyah pun menjawab: “Dalam hatiku sudah terisi oleh nama Nya sehingga tidak ada ruang lagi bagi diriku untuk setan”
Demikian pula ketika nabi Isa ditanya oleh salah satu murid Nya: “Mengapa Kau tidak membalas cac maki orang tersebut ya Rab?” Beliau pun menjawab: “Aku sudah tidak memiliki mata uang kebencian sehingga aku tidak bisa membeli yang ia jual kepadaku”
Dua hal tersebut membuktikan bahwa ketika kita menimpali suatu komentar dengan nada sinis atau negatif, sesungguhnyakita masih banyak memiliki emosi yang merugikan diri kita. Apa yang kita sampaikan merupakan cerminan hati kita.
Kita seringkali lupa bahwa sesungguhnya saat kita berpikiran negatif, level energi dalam diri kita masih rendah. Kita dalam keadaan defisit energi. Seseorang yang defisit energi selalu haus pujian dan sanjungan. Ia selalu minta diperhatikan. Jiwanya sedang dalam kondisi sakit berat. Ia sedang menyiksa badannya sendiri. Ia bertindak kekerasan terhadap dirinya sendiri. Mengapa saya katakan menyiksa diri sendiri?
Ini yang terjadi saat kita emosi rendah. Masaru Emoto, seorang yang telah membuktikan bahwa molekul air menjadi indah saat kta bersyukur dan jadi buruk saat kita membenci atau beremosi negatif. Kita semua tahu bahwa dala tubuh kita 60 – 70 % terdiri dari air. Sangat wajar ketika kita berpikiran negatif sesungguhnya kita merusak diri sendiri.
Seorang peneliti dari Jepang yang berprofesi dokter, Dr. Shigeo Harumaya menulis buku tentang The Miracle of Endorphin. Dalam buku tersebut dinyatakan bahwa seseorang yang berada dalam emosi negatif dalam tubuhnya memproduksi hormon yang disebut noradreanalin, hormon beracun yang mengganggu kenerja organ dalam tubuh manusia. Sebaliknya, mereka yang selalu bersyukur dan berpikiran positif, dalam tubuhnya menhasilkan hormon beta-endorphin. Jenis hormon yang menyehatkan tubuh.
Pilihan di tangan kita. Manusia memiliki kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri. Saat ini keberadaan kita merupakan sebab masa lalu. Jika kita ingin menciptakan akibat baik di masa yang akan datang, kitalah yang mengupayakan sebab yang baik saat ini.
Takdir adalah hasil suatu proses sebab akibat. Dia Yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana tidak mungkin memberikan keburukan pada ciptaan Nya.