KualitasNya Kekuatan, Dialah Hyang Maha Kuat. Saat kita Minta Perlindungan, Kita Anggap Diri Lemah; Kita Salah Mengakses Sumber
Saya tersadarkan doa atau permintaaan dari seorang Rabindranath Tagore, seorang pendidik, Penyair, atau seorang bijak/mistik yang hidup antara tahun 1861-1941 (80 tahun), sumber bacaan Spiritual Astrology yang diterjemahkan secara bebas oleh Anand Krishna (2010). Kita melupakan bahwa kualitasNya Kekuatan.
“Hendaknya kita tidak berdoa untuk memperoleh perlindungan dari segala kesulitan; tetapi untuk mendapatkan kekuatan, supaya mampu menghadapi segala tantangan”
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Dengan kita berdoa meminta untuk memperoleh perlindungan tanpa sadar kita menganggap diri kita lemah. Kita tidak berdaya sehingga berharap terus menerus kita dilindungi olehNya. Kita lupa akan pesan para suci bahwa kita merupakan percikanNya. Dengan kata lain, kita abai bahwa kualitasNya kekuatan, bukan kelemahan. Walauoun sepercik air laut, namun sesungguhnya secara kualitas atau kandungan kimianya tetaplah sama.
Demikian juga dengan diri sejati kita. Selama ini kita menganggap Dia Hyang Maha Kuat, tetapi karena segala informasi yang ditanamkan sejak kecil oleh lingkungan atau keluarga, kita melupakan pesan dari para utusanNya : “Tuhan lebih dekat dari urat leher” dengan kata lain sesungguhnya tiada keterpisahan.Adalah kekuatanNya juga Tuhan bermanifestasi menjadi segala sesuatu, termasuk menjadi manusia.
Sungguh kita semua sudah dininabobokan oleh lingkungan yang juga diciptakan olehNya. Lucu, kan?
Dia atau Tuhan ini memang aneh bin lucu, Dia sebagai sutradara panggung dunia, ya suka-suka Dia. Namun karena kita diberikan peran sebagai manusia yang memiliki tugas untuk melayani sesama makhluk atau lebih luas lingkungan, maka selama hidup di dunia tidak terlepaskan dari pengaruh suka dan duka; senang -sedih; bahagia-kecewa; sakit-sehat. Inilah alam benda yang bisa eksis karena adanya hukum dualitas.
Di alam dualitas inilah kita butuh kekuatan, bukan perlindungan. Kekuatan mendorong kita memberdayakan diri (to empower our self). Dengan keterhubungan kita dengan Dia yang sesungguhnya tidak terpisahkan, kita menggunakan kekuatanNya agar mampu menghadapi segala tantangan dalam kehidupan ini. Adalah kelemahan kita bila menggunakan kekuatan dari Nya untuk menindas orang lain.
Hanya dengan sumber kekuatan dariNya kita memiliki kekuatan untuk menguasai lima penyakit dunia : Nafsu keinginan, kemarahan, ketamakan, kemelekatan/keterikatan, serta ego. Masih ditambah satu lagi yang mengandung unsur 5 tersebut : jelousy (Irihati). Karena ketika terkena penyakit irihati, ke lima penyakit sebelumnya dengan mudah bermanifestasi menguasai hati kita.
Di dalam kehidupan kita sebagai manusia, kejatuhan merupakan keniscayaan yang mengancam kita, kekuatan yang bersumber dari Dia juga sebagai sumber kekuatan dari Tuhan. Adalah kekeliruan besar kita bersandar terhadap faktor di luar kita.
Ingatlan pepatah : “Bila kita mendekati Tuhan satu langkah, maka Dia akan mendekati seribu langkah.”
Sama sekali kita tidak butuh bantuan dari luar untuk mengakses kekuatanNya. Satu yang dibutuhkan : Menyadari bahwa kita tidak terpisah dari Dia. Kita sendiri yang menciptakan hijab atau keterpisahan. Ini sering terungkap atau kita katakan : ‘Ah kita kan manusia biasa, bukan nabi’. Padahal, tidak satu pun nabi, para suci atau utusanNya menyebuotkan kita sebagai manusia biasa.
Dengan teraksesnya kita dengan kekuatanNya, kita akan selalu bisa bangkit ketika kita sedang terpuruk atau tidak merasa lemah untuk bangkit.
Inilah bedanya bila berdoa minta perlindungan. Meminta perlindungan mendorong kita semakin lemah, padahal Dia bukan Sumber kelemahan. Kita tidak mengakses Dia, tetapi mengakses pikiran kita yang selalu mengamini kelemahan. Ingatlah kita paling suka mencari pembenaran karena kemalasan.
Bila kita mohon diberikan kekuatan, baru kita mengakses jalur yang tepat, karena Dia Hyang Maha Kuat, dengan kata lain kita tidak melupakan kekuatanNya yang juga merupakan kualitas kita.