Bhagavad Gita by Anand Krishna sloka 4:29

“Ada pula yang menghaturkan persembahan dengan cara pengaturan prana atau energi kehidupan lewat nafas – nafas yang masuk dan nafas yang keluar. Dengan cara itu mereka mengatur hidup mereka (dan membuatnya layak untuk dipersembahkan).”

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Prana bukanlah nafas, tetapi bisa diatur melalui nafas. Prana adalah energi kehidupan. Artinya energi in motion atau energi yang selalu bergerak. Inilah yang disebut sebagai emosi. Emosi bisa diatur jika pikiran atau mind tenang. Mind adalah gugusan pikiran dan perasaan. Nafas yang teratur pertanda gugusan pikiran dan perasaan atau mind tenang (Anand Krishna). Saat ini terjadi, pikiran kita jernih serta emosi yang stabil alias tidak bergejolak.

Saat emosi stabil, saat itu kita berpikir jernih dan bisa memahami arti dari tindakan. Dalam kondisi tersebut, intelegensia mulai berkembang. Intelegensia berarti kecerdasan ilahi. Suatu pola pikir yang selaras dengan sifat alam semesta.

Perhatikan kata: ‘Dengan cara itu mereka mengatur hidup mereka (dan membuatnya layak untuk dipersembahkan).’
Dalam kondisi pikiran tenang atau jernih dan emosi stabil, kita bisa mengarahkan atau mengatur hidup kita sehingga selaras dengan tujuan kelahiran. Tujuan kelahiran bukan untuk memenuhi keinginan yang berlandaskan pada kenikmatan inderawi. Tujuan kelahiran adalah untuk ‘membebaskan’ jiwa yang terjebak dalam tubuh. Kita seharusnya ingat bahwa diri sejati adalah jiwa yang berbadan. Bukan badan yang berjiwa.

Saat jiwa terjebak, seringkali mengalami kebingungan dalam meng-identifikasikan diri. Kadang sebagai badan kadang sebagai pikiran. Ketika identifikasi sang jiwa pada ke dua hal tersebut, sang jiwa dalam kebingungan karena lupa bahwa sesungguhnya jiwa individu adalah percikan dari Sang Jiwa Agung. Dan tujuan utama dari keberadaan manusia adalah agar mind atau gugusan pikiran serta perasaan terurai. Saat itu terjadilah moksha atau kebebasan. Bebas dari keterikatan duniawi. Saat pikiran atau perasaan hanya berpikir duniawi, saat itu belum terjadi kebebasan. Ke duanya berupa materi yang terikat pada hukum gravitasi bumi.

Prana adalah energi kehidupan. Saat kita bisa mengatur energi kehidupan, kita bisa mengatur sebagaimana yang kita inginkan. Kita bisa mengendalikan pikiran. Kita tidak jadi budak indera dan pikiran. Pikiran kita sangatlah liar. Jika kita tidak bisa mengatur pikiran, kita akan menjadi budak keinginan yang berlebihan. Keinginan sesuai yang dibutuhkan adalah kewajaran.

Inilah yang dimaksudkan bahwa melalui pengaturan nafas, kita menghaturkan persembahan. Saat pikiran tenang dan jernih, kita bisa berpikir, berucap serta berbuat baik. Hal ini terjadi karena kita bisa mengamati gejolak pikiran.

Menghaturkan persembahan berarti melakukan pelayanan terhadap sesama makhluk hidup. Atau juga bisa dengan senantiasa menebarkan pikiran serta ucapan yang baik. Dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan ‘baik’ adalah sesuatu yang mendorong terwujudnya tujuan kelahiran.

Namun sesungguhnya, terjadinya keteraturan nafas juga bisa berdampak ada terjadinya kesehatan raga. Jika tujuan dari pengaturan prana melalui pengaturan nafas untuk kesehatan, maka yang diperoleh juga sebatas kesehatan. Hal ini utama mengatur hidup untuk persembahan demi kebebasan jiwa tidak akan diperoleh.

Apabila tujuan kita diperluas, dengan kata lain: tujukan pengaturan prana melalui nafas sebagai laku persembahan, maka sehat jiwa dan raga pun diraih. Bukankah sekali dayung dua pulau terlampaui?