Lembaga Keagamaan Ibarat Pot Bagi Tanaman, Tidak Memberikan Peluang Bagi Pola Pikir. Spiritual Membuka Kesempatan Untuk Menggali Ke Dalam Diri
Lembaga Keagamaan bentukan manusia yang tidak memberikan peluang untuk berkebang secara alami. Tampaknya berbeda secara fisik, tetapi bila dikaji dari fungsi; keduanya tidak berbeda. Saya sangat percaya bahwa akan banyak yang tidak setuju. Tetapi marilah kita berpikir dengan netral. Itupun bila bisa menerima, bila tidak? Ya dipersilahkan melewatkan tulisan ini. Bukankah setiap orang memiliki kebebasan berpendapat. Mengapa?
Karena bila memaksakan kehendak atau sisi kebenaran yang saya miliki, damat dipastikan perbuatan kekerasan. Saya ingat yang pernah disampaikan oleh Jesus. Janganlah memberikan mutiara ke mulut, seekor babi tidak memahami keindahan mutiara. Sangat relevan. Yang memahami keindahan mutiara adalah seorang yang bisa memahami adanya kemuliaan dari mutiara bila dikenakan, sedangkan babi hanya memahami yang mengenyangkan perut; makanan. Dengan memberikan mutiara kepada babi, ia akan menelan. Ia akan tersedak kemudian reaktif. Karena memang yang dimiliki babi adalah emosi, reaktif. Ia akan menghajar kita. Inilah tindakan kekerasan yang bisa menyakiti si babi.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Fungsi dari pot adalah sebagai tempat bagi tumbuhan. Tumbuhan bagaikan pikiran kita yang terus mengalami perkembangan. Adalah hukum alam yang normal bahwa semestinya pikiran bisa berkembang. Dengan kata lain, pikiran secara alami mengalami transformasi dari hanya memikirkan tentanga materi ke arah sesuatu yang lebih mulia. Dari materi/intelektual yang hanya memikirkan kenyamanan indrawi menuju ke arah yang lebih tinggi, apakah tujuan kelahiran kita?
Bila kita mati kemudian lahir lagi masih urusi materi, berarti belum ada perkembangan pola pikir. Tidak mungkin terjadi. Karena evolusi pola pikir mesti terjadi secara alami. Ketika kita mati, di ujung kematian semua peristiwa kehidupan kita di masa lalu. Inilah keadilan alam. Inilah tempat penghakiman. Bukan penghakiman dari Tuhan, tetapi mekanisme alam yang sangat canggih. Tiada kelahiran tanpa tujuan, nah ketika tujuan tidak tercapai atau bahkan menyimpang jauh pada saat hidup, alam semesta masih memberikan kesempatan untuk memperbaiki. Ibarat saat ujian sekolah, seorang guru akan melihat hasil ujian kita, dan ketika salah, sang guru memberikan kesempatan untuk memperbaiki. Demikian juga alam semesta.
Jadi setiap kehidupan merupakan suatu file kehidupan. Semakin banyak file, kita semakin memahami atau banyak referensi dalam memori kita.
Kemabali ke topik utama. Bila kita menganggap bahwa agama/kepercayaan sebagai tujuan, maka kita akan melewatkan perkembangan pikiran sebagaimana tanaman yang dibonsai; tidak berkembang. Bukanagamanya yang salah, tetapi mereka yang melembagakan agama. Realitanya, yang diberikan atau diajarkan membuat mereka yang di dalam lembaga tersebut tumbuhnya tidak normal, bagaikan tanaman dalam pot. Ke duanya tidak bisa berkembang dengan baik. Bahakn tidak bisa berkembang secara alami. Oleh karena itu, mereka yang tidak bisa beranjak dari agama, tidak bisa melampaui agama tidak akan berkembang pemahamannya. Lembaga ini bagaikan pot, wad yang membonsai perkembangan pikiran kita. Dengan kata lain, pikiran kita di bonsai jika masih terus di ranah alam ini. Walaupun tampak indah dilihat dari sisi pandang duniawi, tetapi tidak bisa besar dan bermanfaat bagi manusia bagaikan tumbuhan yang hidup di alam bebas.
Mari kita perhatikan tanaman dalam pot. Ia boleh saja tumbuh subur, tetapi akan tetap terpenjara dirinya. Pandangan ini terinspirasi oleh tanaman yang ada dalam pot. Ada dua tanaman yang sejenis. Ke duanya ditanam dalam pot yang sama. Satu tanaman kondisinya lebih subur dan besar. Setelah dilihat, ternyata akar tanaman bisa menembus pot yang terbuat dari tanah liat. Akar tersebut menembus sumbernya, tanah yang memiliki nutrisi yang tidak terbatas. Demikian juga, pola pikir kita mesti berkembang sampai luar kelembagaan yang merupakan penjara bagi pikiran. Pemenjaraan merupakan perbuatan kekerasan yang memaksa pikiran kerdil.
Fenomena yang lain terjadi pada burung atau hewan lainnya. Saat hewan berada dalam habitatnya, ia memiliki kemampuan self healing yang jauh lebih besar daripada yang di kurung. Ketika berada di habitatnya, ia bisa berhubungan dengan temannya. Kelompoknya memberikan energi suport yang luar biasa. Kebebasannya membuka hubungan dirinya denga semesta, inilah kekuatan sumber alam semesta.
Suka tidak suka, mau tidak mau; jika mau berkembang selaras dengan semesta, manusia mesti mampu membebaskan dirinya dari kurungan atau lembaga keagamaan. Lampauilah wadah yang membonsai perkembangan pikiran.
Para suci dan nabi juga tidak membantuk kelembagaan yang disampaikan. Masyarakat yang takut kemudian membentuk kelembagaan ini. Para suci dan nabi menyampaikan berita agar manusia bangkit untuk bertanggung jawab atas segala perbuatannya serta hidup dengan sesama dengan damai.
Para suci dan nabi yang memahami sifat semesta menyampaikan hal yang satu dan sama: Jangan lakukan perbuatan yang orang lain tidak suka perbuat terhadap dirimu. Atau: ‘Jika tidak mau dicubit, janganlah mencubit’. Para suci dan nabi tidak sedikitpun akan setuju jika ajarannya dilembagakan sebagaiman agama yang kita kenal saat ini.
Esensi pesan para suci dan nabi adalah untuk membebaskan jiwa manusia dari mindset keterikatan dunia. Selama lembaga keagamaan yang dibuat oknum yang katanya untuk menyeragamkan, dengan kata lain masih berpijak dengan pemahaman sempit paling baik atau lebih baik dari yang lainnya selama itu pula tidak akan membebaskan sang jiwa.
Isa sang Masiha atau nabi Isa rela disalib sebagai contoh bahwa setiap insan mesti bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Setiap orang memikul salib perbuatannya sendiri. Yang dilakukan oleh nabi Isa sebagai contoh terhadap murid dan sahabatnya.
Lakoni dan tumbuh kembangkan kemanusiaan dalam diri kita. Tanpa mengembangkan kemanusiaan dalam diri kita, kita tidak akan bisa berhubungan dengan Sang Sumber nutrisi. Bagaikan tanaman yang ada dalam pot. Tidak bisa tumbuh dengan bebas dan subur…
Jadilkanah pola pikir kita bagaikan tanaman yang tumbuh subur di bumi sehingga bermanfaat bagi semua makhluk di bumi….