Sering sekali kita menganggap diri sebagai pahlawan. Seakan kita lahir di dunia untuk menyelamatkan orang banyak. Aneh sekali !! Diri sendiri saja belum bisa berenang di lautan kehidupan, berlagak sok pahlawan jika berniat menyelamatkan orang. Jangan-jangan kita sendiri masih berada di alam ketidaktahuan?
Ketika jari telunjuk menuding orang lain bersalah, sesungguhnya secara otomatis 3 jari lainnya menunjuk diri sendiri. Artinya sebelum menyalahkan orang lain sebaiknya kita melihat diri sendiri terlebih dahulu. Koreksi diri sendiri dan jika sudah merasa benar, baru mengoreksi orang lain.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Pertanyaan mendasarnya adalah: ‘Kapan kah kita bisa bersih?’
Apakah definisi bersih itu bisa kita penuhi jika yang dimaksud bersih adalah tidak pernah melakukan kesalahan? Saya ingat ketika Jesus melihat seorang wanita tuna susila dilempari batu sebagai hukuman dari masyarakat. Saat itu Jesus bersabda: ‘ Yang boleh melempar batu adalah mereka yang merasa dirinya tidak pernah melakukan dosa’. Dan ternyata tiada seorang pun berani melemparkan batu pada si wanita tersebut. Inilah suatu bukti bahwa sesungguhnya kita semua pernah berdosa atau bersalah. Bagaimana mungkin orang berdosa bisa membantu orang lain?
Untuk mengatasi hal tersebut, pertama-tama yang mesti berubah adalah diri sendiri. Jika setiap individu mau berubah, perubahan terjadi seketika. Belajar berenang lah terlebih dahulu, baru membantu orang lain yang sedang tenggelam. Jika ke dua nya tidak bisa berenang, dipastikan ke duanya tewas.
Kehidupan orang lain, walaupun mereka istri dan anak sendiri merupakan tanggung jawab masing-masing. Yang utama dan pertama dilakukan, berbagilah pada mereka jalan terbaik menempuh kehidupan. Dan berikan contoh dengan laku sebagaimana di share sebelumnya. Janganlah kita berbagi suatu jalan terbaik menurut kita, tapi kita sendiri tidak bisa melakoni.
Kadang-kadang kita sendiri bangga seakan dibutuhkan di lingkungan keluarga. Tapi pernahkah kita berpikir bahwa sesungguhnya keberadaan kita hanya sebagai pesuruh atau jongos. Misalnya, saat kita mati, kemudian istri sedih. Saya kira kesedihannya bukan karena menangisi kita. Mungkin saja karena dengan ke tiadaan kita, hilang seorang yang bisa di suruh-suruh. Selama ini kita ge-er seakan istri membutuhkan pelindung, pada hal hanya karena bisa di suruh-suruh saja…….
Ahhhh…………….. Itulah kehidupan….
Merasa bisa….. Jadi suka pamer…
Bukan..
Bisa merasa…. rendah hati…..