Manusia Robot

Manusia Robot? Pertanyaan ini begitu menggelitik. Bagaimana tidak….

Banyak dari kita hanya ikutan. Dengan kata lain, kebanyakan dari kita belum atau bahkan tidak mau menyadari sejati dirinya. Ini tanpa kita sadari sesungguhnya banyak dari kita dikendalikan oleh pendapat massa. Pendapat sekeliling kita. Sedikit yang memiliki keberanian untuk memiliki pendapat berseberangan dengan pendapat umum. Seseorang yang menyadari kesejatian dirinya akan menggunakan perangkat tambahan, ne0cortex. Dan ketika perangkat ini digunakan dapat dipastikan bertentangan dengan mereka yang pada umumnya belum menggunakan perangkat ini.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Neocortex seakan merupakan perangkat tambahan pada manusia. Bila manusia hanya bergerak mengikuti naluri hewani, ia bagaikan robot yang dikendalikan oleh lingkungan sekitarnya. Hanya mengikuti insting hewani. Keadaan ini yang tidak beda dengan hewan. Makan, minum, tidur, dan seks. Bukankah mayoritas umum hanya berpikir pada kisaran tersebut? Bila seorang manusia seutuhnya yang menggunakan neocortexnya, ia akan mulai mengubah cara berpikir dengan tepat. Ia tidak lagi menjadi budak massa atau masyarakat umum.

Cara berpikir dengan tepat adalah cara berpikir yang menggunakan buddhi atau intelejensia. Pola pikir yang inline dengan sifat alam semesta. Demi kepentingan serta kesejahteraan orang banyak. Bukan hanya demi kenyamanan golongan atau kelompok yang dianggapnya satu pemahaman.

Artificial Intelligence (AI) 

Bukan lagi impian. Silakan baca ini. Dan pernyataan ini cukup mengejutkan. Luar biasa perkembangan AI. Tampaknya bukan lagi hal mengagetkan bila nantinya ada robot yang bagaikan manusia. Namun satu hal yang pantas dicatat bahwa dalam hal ini getaran pikiran si pembuatnya akan memberikan dampak pada perkembangan si humanoid, manusia robot.

Dalam diri manusia, pikiran merupakan getaran. Robot juga hidup atau tampak hidup karena adanya getaran. Bila frekuensi ke duanya sama, si robot bisa berpikir seperti si pembuatnya. Menariknya lagi adalah pada si robot juga ber badan dengan jenis yang memungkinkan suatu ketika akan bisa seperti kulit manusia.

Dalam ke dua artikel di atas, robot sudah memiliki reaksi emosional bagaikan manusia. Bila terus berkembang, bukan merupakan suatu hal kemustahilan mereka memiliki keinginan sendiri seperti manusia. Bila terus berkembang, mereka huga bisa beranak sebagaimana impian dalam artikel ini.

Satu-satunya yang sulit dikembangkan adalah neocortex. Ada pengendali yang membedakan. Apa sebabnya?

Kecerdasan untuk memilah dan memilih.

Kecerdasan Ilahi adalah kecerdasan bagi kesejahteraan serta kepentingan umum. Dalam hal ini ada keterhubungan rasa pada semua makhluk hidup. Kebersamaan rasa empati bahwa semua yang ada di dalam planet ini merupakan satu kesatuan living organism.

So, bila kita melakukan transformasi pada saat hidup, kita hanya sekedar manusia robot. Ini juga pilihan kita sendiri.

Sangat amat besar kemungkinan kita yang mengaku manusia saat ini sebagaimana robot yang ada dalam dua artikel tersebut dahulunya.