Masyarakat Sakit
Masyarakat sakit terjadi bila dalam dirinya timbul konflik atau pertentangan, tetapi tidak merasa bahwa hal tersebut tidak wajar. Ketidakwajaran inilah yang menjadi indikasi bahwa masyarakat tersebut dalam keadaan sakit.
Beberapa kali di media sosial diberitakan mengenai kepuasan masyarakat terhadap kinerja seorang pemimpin. Tetapi ketika dilakukan survei tentang elektebilitas dari sosok figur pemimpin tersebut teryata menunjukkan angka kebalikan daripada kepuasan kinerjanya.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Konflik batin antara yang dilihat dan ketidakberanian melawan pendapat massa menjadi tolak ukur tingkat ketidakwarasan daripada masyarakat tersebut. Dengan kata lain, masyarakat yang kondisi sakit pikirannya mencapai akut adalah ketika dirinya diperbudak oleh pendapat umum.
Dan parahnya beredar berita mengenai pemahaman kata pun telah kacau.
Umum
Semestinya istilah ‘UMUM’ ini berlaku untuk semuanya, tanpa melihat kelompok atau golongan. Tetapi berita ini telah membuat kata ‘umum’ diartikan milik golongan tertentu. Ini juga ciri masyarakat yang sakit.
Bila disebutkan sebagai tempat umum berarti boleh siapa saja berada di tempat tersebut. Apalagi untuk penguburan. Mereka yang meninggal tidak ribut, tetapi yang saling menolak adalah pikiran yang sakit. Lucunya, pendapat ini didukung oleh aparat desa. Lengkap sudah yang sakit.
Memang yang sakit adalah yang hidup. Yang mati jelas tidak sakit. Ciri keadaan masyarakat sakit lainnya adalah:
Media Sosial
Tanpa sadar kita begitu terlibat memberikan komentar pada media sosial terhadap suatu berita. Dan parahnya, komentar yang diberikan bukan untuk membangun atau konstruktif, tetapi destruktif atau merusak. Pernyataan destruktif sebagai cerminan yang ada dalam diri. Apa yang dipunyai, itulah yang ditebar. Kita seakan merasa bangga bila bisa melontarkan komentar, kemudian ditanggapi.
Kita begitu terbawa dalam dunia maya atau dunia ilusi ciptaan pikiran kita sendiri. Bahkan banyak orang terseret ke dalam pusaran masalah hanya dikarenakan komentar yang akhirnya membuatnya berurusan secara fisik.
Inilah penyebab penderitaan. Bila kita mau merenungkan lebih dalam, penyakit penderitaan adalah kita sendiri penciptanya. Ciri penyakit lainnya terjadi ketika kemudian kita menyalahkan Tuhan. Entah hukuman atau bentuk ujian. Kita lupa bahwa kebodohan kita penyebab utamanya. Namun agar tampak kita baik, kita mengatakan bahwa yang dilakukan membela Tuhan atau keyakinan/kepercayaannya.
Keterlibatan kita yang sangat dalam pada media sosial bila kita sudah tidak peduli lagi terhadap sekeliling yang sesungguhnya nyata. Kita terseret dalam dunia ciptaan kita sendiri.
Lupa Jati Diri
Kegagalan kita untuk melakukan perjalanan ke dalam diri atau ‘Inner Journey’ bukan Soul Journey adalah bukti bahwa kita belum kenal Jati Diri. Bila kita ada kemauan untuk melakukan perjalanan menapak jiwa, kita terlepaskan dari kungkungan masyarakat yang sakit.
Jati Diri seluruh umat manusia satu dan sama: ‘Kebahagiaan Sejati’