Mau jadi nabi? Jadilah pendengar yang ekselen… Seorang nabi bukanlah seorang pembicara. Mereka adalah pendengar. Tanpa menjadi seorang pendengar, tidak mungkin seorang menjadi nabi. Jika kita membaca berita atau mendengar bahwa di suatu tempat ada yang mengaku nabi, ia pasti bohong. Jangan percaya orang demikian.
Nabi atau para suci hanya menyampaikan yang mereka dengar. Dengar terhadap apa? Mendengarkan suara Dia yang bersinggasana di relung hatinya. Mendengarkan berarti membuka diri terhadap segala sesuatu. Mendengar berarti menerima. Lautan luas juga sebagai penerima seluruh aliran sungai. Mendengar berarti membuka diri terhadap segala sesuatu. Tanpa mau membuka diri, tidak akan diperoleh kemajuan atau peningkatan.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Saat kita selalu senang berbicara menyampaikan pendapat, tidak akan tercipta kedamaian dalam diri. Karena saat itu yang ada dalam benak kita adalah keinginan untuk didengarkan. Ini bukan kualitas seorang nabi. Ia sedang dipenuhi keinginan. Keinginan beradal dari pikiran. Keinginan semakin banyak semakin tidak ada kedamaian sejati. Ia menjadi budak dari pikiran. Jangan berharap mendapatkan rasa damai berdekatan dengan orang sejenis ini.
Kedamaian sejati hanya bisa diperoleh ketika keinginan semakin mereda. Lautan luas selalu kita lihat damai karena ia bisa menerima atau mendengarkan suara aliran sungai. Selama keinginan menganggap agama sendiri paling baik selama itu pula tidak bakal tercipta kedamaian diri. Selalu saja ia berbicara menyuarakan bahwa yang diyakininya adalah paling baik. Seratus persen dijamin tidak bakal ada kedamaian sejati dalam diri orang yang demikian.
Mendengarkan suara hati berarti tidak memilah dan memilih. Dalam satu kitab suci yang disampaikan oleh utusan Nya, tertulis bahwa ayat Allah bertebaran di muka bumi. Ini pesan tersirat bahwa kita mesti membuka diri untuk mendengarkan pesan Nya dari segala pelosok. Pesan Dia sudah ada ribuan tahun yang lalu. Pesan Nya dibawakan oleh para suci dan nabi dari bebagai belahan bumi. Sekarang menjadi aliran sungai yang disebut agama. Masih kah kita sangsi terhadap pesan suci yang disampaikan oleh berbagai suara Nya?
Semakin kita menutup diri semakin kita tidak akan mendapatkan peningkatan. Karena kita semakin tidak mau menjadi pendengar yang baik. Tidaklah mudah menjadi pendengar yang ekselen. Tidak mudah membuka diri terhadap kebenaran dari berbagai agama. Selama itu pula tidak akan diperoleh kemajuan diri. Betapa meruginya hidup jika tidak mampu menjadi pendengar yang baik?
Untuk menjadi pendengar yang baik dibutuhkan kualitas diri yang tinggi. Seseorang yang sukses dalam hidupnya sesungguhnya ia pendengar yang baik. Kualitas nabi adalah mereka yang mampu mendengar, bukan bebicara. Menjadi pendengar yang baik berarti membunuh ego. Membunuh pikiran. Membunuh setan yang berkuasa dalam dirinya. Dengan hanya menganggap bahwa yang diyakininya adalah paling baik, ia telah membuang peluang mencapai kualitas setingkat nabi.
Kita sendiri yang menentukan, apakah kita jadi budak pikiran yang berarti menutup diri terhadap perkembangan atau belajar berkembang dengan menjadi pendengar yang baik. Kedamaian sejati tercapai jika kita menjadi pendengar yang baik. Begitu berisik pikiran sehingga hilang kesempatan diri menjadi pendengar yang baik.
Capailah kedamaian sejati dengan cara mendengarkan suara alam. Memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan membutuhkan keberanian untuk menjadi pendengar yang baik. Lautan luas adalah ayat alam. Menerima semua aliran sungai tidak berarti merendahkan diri sendiri. Justru membuat diri semakin besar dengan kayanya pegalaman. Mendengarkan dengan cara mengapresiasi keyakinan atau kepercayaan lain tidak berarti merendahkan keyakinan yang dimiliki. Justru sebaliknya semakin menebalkan keyakinan yang selama ini dianutnya…..
Mengapa mesti takut mengakui kebenaran keyakinan yang berbeda? Nabi pun tidak pernah menganggap yang sudah diperolehnya terbaik. Saat menganggap yang dipecayainya terbaik, ia menutup diri terhadap pengembangan diri….
Ahhhhh…. Indahnya warna pelangi….