Banyak salah pemahaman tentang nafas dan prana. Prana adalah energi kehidupan, munglin dalan bahasa China didebut sebagai Chi. Energi kehidupan juga aliran energi diatur melalui nafas. Dalan buku: Dvipantara Yoga Sastra by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com disebutkan secara jelas bahwa kesehatan sejati bisa diperoleh jika Energi Kehidupan tersebar merata ke seluruh bagian tubuh sesuai kebutuhan masing-masing organ tubuh. Dari segi mental emosional, aliran energi kehidupan atau Prana membuat seseorang bisa berpikir secara tepat.
Dari pengertian di atas, kita dapat memahami bahwa nafas bukanlah Prana. Namun, nafas merupakan ALAT pengatur bagi prana. Melalui pengaturan nafas secara baik, seluruh bagan tubuh kita mendapatkan suplai atau pasokan energi sebagaimana dibutuhkan. Satu hal yang menjadi catatan adalah bahwa tidak mudah kita memperhatikan nafas dalam jangka waktu yang lama.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Pemusatan perhatian pada nafas akan dengan mudah terganggu bila dan bila pikiran masih kacau. Tampaknya ada hubungan timbal balik terjadi antara nafas dan pikiran. Pikiran tidak bisa tenang jika nafas kacau. Kekacauan nafas terjadi karena pikiran kacau, sedangkan kita harus memperhatikan nafas sehingga nafas teratur dan semakin panjang. Rileksasi amat sangat dibutuhkan.
Kita bisa dengan memperhatikan nafas dengan baik bila bisa rileks san santai. Untuk itu dibutuhkan latinan katarsis atau cleansing terlebih dahulu. Kegelisahan pikiran mengaburkan kemampuan diri untuk mengalami rileksasi.
Latihan-latihan ini, menurut pengalaman saya, amat sangat membantu menghantar kita memasuki alam meditasi. Menghantar perjalanan ke dalam diri, itulah istilah kami di Yayasan Anand Ashram, akan menghantar pertemuan dengan kedamaian diri.
Penutupan mata saat meditasi merupakan syarat utama. Pandangan keluar menyedot energi sangat besar. Kurang lebih 70% energi yang seharusnya diratakan ke seluruh bagian tubuh, terbuang melalui mata. Penutupan mata merupakan simbolisasi atau janji pada diri sendiri bahwa detik itu juga kita memutuskan diri dari dunia luar, duna ilusi. Dengan cara ini kita mulai menapak ke dalam diri untuk mengalami penyatuan dengan Dia Sang Maha yang ada dal am diri setiap manusia dan makhluk.