Tubuh Kuil Ilahi

Tubuh Kuil Ilahi. Inilah pemahaman warisan leluhur. Selama ini kita terdelusi bahwa tubuh hanya berasal dari debu dan kembali menjadi debu saat kematian. namun kita lupa bahwa tanpa kehadiran tubuh tidak akan terjadi transformasi dari intelektual menjadi buddhi atau intelejensia.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Mengenali tubuh sebagai Ilahi, maka kau menjadi Ilahi. Dengan mengenal bahwa tubuh sebagai Kuil Ilahi, kita akan menghargai tubuh serta menggunakan tubuh untuk memuliakan sesama makhluk hidup. Karena tanpa mengenal tubuh sebagai ilahii, kita akan menjadikan tubuh sebagai alat pemuas nafsu indrawi.

Begitu kita memuja tubuh sebagai kuil Ilahi, maka segala pikiran, ucapan seria tindakan kita berlandaskan segala sessuata yang memuliakan tubuh. Sebagai cotton paling mudah adalah segala ungkapan yang kita lontarkan. Bila kita melontarkan ucapan yang selalu mencari keburukan orang lain dengan berbagai statement, maka sesungguhnya kita belum menghargai tubuh kita sebagai Kuil Nya.

Ubah Perspektif

Dalam buku Dvipantara Jnana Sastra by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com disebutkan:

‘Teratai Hati juga dikenal sebagai Pranala, atau wilayah Prana, Daya Kehidupan. Di tengahnya bersemayamlah Isvara, Hyang Bersemayam dalam semua makhluk.

Oleh karena itu, ketahuilah bahwa tubuh bersifat Ilahi – Divya. Karena di dalam tubuh inilah engkau bisa menemukan Gusti segala makhluk, Sang Mahesvara.” 

Mengubah cara pandang atau perspektif bahwa tubuh sebagai perwujudan Ilahi akan membuat kita sadar bahwa kehadiran kita di bumi sebagai saran untuk melestarikan kehidupan. Segala tindakan kita dilandasi bagi kepentingan semua makhluk hidup. Kita tidak lagi memuja kenyamanan indrawi.

Kadang dengan dalih bahwa dengan mengkonsumsi hewan tidak dilarang, kita melakukan pembunuhan. Baik hewan apapun itu tidak bisa hadir di bumi ini tanpa kehendak Nya. Juga tidak ada satupun makhluk bisa hidup tanpa kehadiran Hyang Maha Hidup dalam diri si hewan atau tumbuhan.

Bila kita tidak bisa menghargai sesama makhluk hidup, bagaimana kita bisa mengatakan mencintai Dia Hyang Maha Hidup? Namun juga bukan berarti kita diam bila ada kerbau gila atau gajah mengamuk akan membunuh kita. Dengan landasan bahwa kehadiran tubuh di bumi sebagai wahana untuk transformasi, maka kita hindari atau lindungi tubuh dari kerusakan.

Syech Siti Jenar

Saya masih ingat dalam satu buku yang saya baca (semoga saya salah baca), mengenai Syech Lemah Abang mengatakan bahwa tubuh adalah hanya mayat hidup. Matinya tubuh akan menghidupkan jiwa yang terkungkung. Saya dulu sangat setuju dengan pernyataan ini. Namun dengan semakin berkembangnya pemahaman saya, statement ini menimbulkan berbagai pertanyaan.

Yang tragis adalah belum adanya pemahaman dari para muridnya saat itu. Sehingga dalam kisahnya, banyak murid yang melakukan kesengajaan untuk mencari keributan agar dibunuh. Oleh karenanya kemudian ajaran Syech Lemah Abang dianggap sesat. Saya kurang jelas bila pernyataan ini dikaitkan dengan ayat: ‘Tuhan lebih dekat dari urat lehermu’

Bila mengacu ayat di atas, sesungguhnya  antara Tuhan dan manusia tidak ada keterpisahan. Silakan baca ini  untuk lebih jelasnya. Oleh karena itu, dengan meyakini bahwa tubuh Kuil Ilahi, maka semestinya kita akan berpikir, berucap serta bertindak agar bisa hidup sebagai menuisa yang memberikan kehidupan bagi sesama makhluk hidup. Urip iku urup