Bisa dikatakan sebagai kerajaan yang berkuasa paling lama di nusatara bahkan dunia. Lebih dari 8 abad berkuasa. Kerajaan Majapahit yang berkuasa 200 an tahun, 1293 – 1500 an. Secara lengkap disini. Hanya dua kerajaan ini yang bisa bertahan cukup lama. Kerajaan lainnya tidak bisa bertahan lama dan menjadi penguasa. Ada perbedaan yang significance antara ke duanya.
Disamping itu, pengaruh nama juga menjadi kekuatan kerajaan Sriwijaya sangat lama bertahan. Bukan hanya di nusantara, jejak kekuasaannya hingga Thailand dan Kamboja. Bahkan mereka berlayar hingga Madagaskar Salah satu Sultan dari Sriwijaya juga pernah berhubungan dengan satu Khalifah di Timur Tengah. Seacra detail bisa dilihat di buku Indonesia Jaya. Lihat disini lebih detail.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Nama sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan suatu kerajaan. Dari nama seseorang sudah bisa mengetahui dasar atau warna pemerintahan yang bagaimana yang digunakan pada kerajaan tersebut.
Sriwijaya terdiri dari dua kata:
Shrie atau Sri bermakna kemuliaan;
Wi-jaya: Wi berarti baik; jaya berarti keunggulan atau kemenangan dalam menjalankan pemerintahan atau kekuasaan.
Seorang yang memberikan nama pada kerajaan tersebut tak disangkal seseorang yang sudah memahami hukum alam. Hukum akam tentu hukum keselarasan dengan semesta. Visi yang jauh diemban oleh para raja di Sriwijaya adalah landasan kemuliaan. Kemuliaan berarti memperlakukan orang lain sebagaimana diri ingin diberlakukan. Memerintah dengan dasar ingin menjajah dan menguasai tidak selaras dengan sifat alam. Alam senantiasa berbagi kehidupan.
Dapat dipastikan pendiri awal kerajaan Sriwijaya adalah seorang bijak. Mereka adalah orang yang sudah bisa memahami sifat alam. Mereka sudah bisa menempatkan intelejensia di atas intelektual. Intelejensia berarti kecerdasan alam. Cerdas adalah sifat alam. Sebaliknya manusia tidak bersifat cerdas, hanya pintar. Pintar didapatkan dengan cara belajar. Cerdas digali dari potensi diri. Potensi diri semua manusia satu dan sama, keilahian.
Alam sangat memahami kebutuhan seseorang atau bahkan kebutuhannya sendiri. Pintar hanya memahami keinginan bukan kebutuhan. Seseorang yang pintar memiliki kecenderungan menggunakan kepintarannya untuk mencapai keinginannya. Seorang yang cerdas memiliki kemampuan untuk membatasi diri pada tingkat pemenuhan kebutuhan bukan keinginan. Bukan sifat alam begitu? Lihat saja ular, singa, atau pun hewan lain juga tumbuhan. Mereka cerdas. Mereka hanya memnuhi kebutuhan. Saat kebutuhan lapar terpenuhi, mereka tidak menimbun. Beda halnya dengan manusia yang pintar. Mereka pintar menimbun, walaupun sesungguhnya tidak lagi butuh.
Landasan kerajaan Sriwijaya menjelajah berlandaskan win-win. Sama-sama menguntungkan. Berlandaskan KASIH, sama sekali tidak berlandaskan keinginan untuk berkuasa. Sampai sekarang buktinya. Pada tahun 2016 ini, Kamboja menjadikan Jayawarman sebagai icon yang dikenang. Padahal sejarah kita menyatakan bahwa Jayawarman adalah salah satu raja di Sriwijaya. Tetapi lucunya, raja Jayawarman diakui sebagai salah satu raja di Kamboja. Tentu bukan karena kebengisan ataupun kekejaman seorang Jayawarman dijadikan simbol di Kamboja. Dapat dipastikan karena kemuliaan dan keagungannya memerintah, maka dijadikan suatu icon di Kamboja.
Negara seperti Kamboja dapat dipastikan sangat mengagumi cara-cara memerintah para raja yang menggunakan nama Sriwijaya. Pola pemerintahan berlandaskan rasa kesamaan derajat. Para raja di negara ini jauh dari keinginan melakukan invasi. Mereka lebih senang berdagang. Dan karena rakyatnya juga memiliki visi yang sama dengan dasar kerajaan, setiap tempat yang disinggahi mereka menebarkan aroma kedamaian.
Maja adalah nama buah. Bentuk luarnya indah, tetapi rasanya pahit. Bentuknya bak semangka tetapi rasanya pahit. Saat itu di tempat asal berdirinya kerajaan Majapahit dijumpai jenis buah ini. So, yang memberikan nama kerajaan tidak berlandaskan suatu filosofi tertentu. Sama sekali tidak mengandung suatu VISI. Inilah penyebab utama kerajaan Majapahit tidak berumur panjang. (Ini pendapat saya, jika pembaca memiliki pendapat lain, sah-sah saja)
Terbukti dari cara pemerintahannya, terutama di saat patih Gajah Mada. Apalagi jika kita tahu arti ‘mada’; Wah tambah repot lagi…..
Dan karena pola berpikir Sang maha patih Gajah Mada dalam melakukan tatanan pemerintahan, maka ditulislah buku Sutasoma oleh Mpu Tantular, silakan baca ini.
Dengan belajar dari sejarah kita bisa menentukan masa depan yang lebih baik.
Bila kita tidak bisa mengambil hikmah dari sejarah, sejarah akan berulang lagi. Barang siapa tidak bisa belajar sejarah, ia akan digilas oleh sejarah………..