Begitu banyat orang yang membanggakan bahwa yang terakhir adalah paling baik dan sempurna. Tetapi pernahkah kita berpikir bahwa hal tersebut adalah suatu hal yang wajar? Mengapa tidak? Saat saya menuliskan sesuatu, saya mengambil referensi dari kitab lain yang sudah ada sebelumnya. Bukankah nabi Sulaiman juga pernah berkata bahwa:’Nothing is new under the sun’.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Tidak ada suatu yang baru di bawah langit. Semuanya hanya pengulangan. Mungkin orang berpendapat: ‘Jika demikian, mengapa kita tidak mempelajari dan meyakini yang terakhir saja? Setuju dengan pendapat ini. Tetapi mungkinkah kita bisa memgambil semua isi kitab yang digunakan sebagai referensi? Tentulah tidak. Hanya sebagian kecil saja yang akan diambil…
Ketika saya membaca tulisan seseorang, dalam tulisan tersebut disebutkan sumbernya. Karena saya tidak puas dengan uraian pendek dalam tulisan tersebut, saya kemudian mencari sumbernya untuk mempelajari lebih dalam lagi. Sesungguhnya, si penulis pertama menghargai atau me-apresiasi sumber yang diambilnya. Dengan menuliskan sumbernya, si penulis mengakui bahwa yang di tuliskannya bukanlah hasil galiannya sendiri.
Repotnya adalah jika di kemudian hari, orang tidak memahami maksud tulisannya. Yang berat adalah jika kemudian orang sangat mengagumi tulisan pertama, kemudian menganggap bahwa yang disampaikan oleh penulis tersebut adalah yang paling baik. Mengapa? Karena setelah ribuan tahun kemudian, orang tidak faham bahwa si penulis awal juga belajar dari banyak informasi sebelumnya.
Fanatisme bahwa seakan kitab lain lebih buruk dari kitab terakhir justru menutup perkembangan diri dari si pembaca. Pengkondisian ini yang akhirnya menjebak. Tanpa disadarinya, ia telah memutuskan diri untuk tidak berkembang.
Pertemuan dengan seseorang yang sudah memiliki pandangan yang luas adalah berkah dalam kehidupan saat ini. Keterbukaan diri ntuk mendengar atau menerima yang disampaikan orang tersebut bisa meningkatkan kesadaran secara kuantum. Karena energi orang yang telah memiliki cakrawala kehidupan lebih luas sejalan dengan pola evolusi.
Alam terus berkembang. Perhatian planet yang terus tumbuh. Saat ini baru beberapa galaksi. Tidak ada seorangpun bisa tahu, berapa ratus lagi galaksi di alam semesta. Dengan menutup diri bahwa yang diyakninya paling baik, tidak bakal terjadi kesadaran kuantum. Semakin mengkerut adalah keniscayaan.
Karena terjebak dalam anggapan pribadi, kita tidak bakal bisa menembus batas ciptaan manusia sendiri. Ketika bertemu dengan seseorang yang memiliki cakrawala pandangan luas, pikiran kita langsung menolak. Ahhh…dia bukan dari aliran yang sama dengan yang kuyakini. Anggapan ini telah memblokade diri. Hasil akhirnya sangat mudah di tebak. Penutupan diri terhadap perkembangan. Ia melawan evolusi alam yang terus berkembang.
Jebakan dari Tuhan selalu terjadi. Dia tidak bakal mempertemukan dengan orang yang memilki keyakinan yang sejenis. Tidak ada gunanya. Selalu saja dikirimkan dari keyakinan yang berbeda? Mengapa?
Dengan mengirimkan utusan yang sejenis, ego kita semakin membengkak. Makin mengeras hati kita. Makin arogan. Dia sudah tahu sifat dan atitude manusia. Ego bahwa tiada yang lebih baik dari keyakinannya.